Menyelami lagi sejarah masa lalu
dari sang Manusia Mulia tak pernah mendatangkan kejenuhan, justru kerinduan
seperti runtuh begitu deras bak guyuran air hujan. Muhammad Sang Yatim karya
Muhammad Sameh Said adalah buku ke-6 dari sejarah Nabi Saw. yang saya baca dari
penulis yang berbeda-beda. Dan saat saya mengakhiri kisah di halaman terakhir
setiap buku sejarah Nabi Saw. yang terbaca, doa terbaik saya langitkan untuk
semua Umat Muhammad Saw. yang dengan penuh kecintaan dan kerinduan menuliskan
perjalanan hidup Muhammad Saw. untuk kemudian membuat para pembacanya semakin
merindukan sang kekasih Tuhan…
Semoga tulisan-tulisan itu akan
menjadi pahala kebaikan yang akan akan terus mengalir sampai dunia menemui
akhir masanya… (Untuk Tasaro GK atas Novel Biografi 4 Jilidnya yang berhasil
membuat saya sangat merindukan sosok Muhammad Saw. untuk Muhammad Jebara atas
buku Muhammad The World Changer yang mengupas lebih dalam Kehidupan
Muhammad Saw. dan selera pribadinya. Untuk Martin Lings atau Abu Bakr Siraj
al-Din atas buku Muhammad Kisah Hidup berdasarkan Sumber Klasik. Untuk Abdul
Fattah Abu Ghuddah atas buku Muhammad Sang Guru yang menceritakan tentang
keteladanan Muhammad Saw. dalam mendidik keluarga dan para sahabatnya. Dan kepada
semua Penulis buku Sejarah hidup Muhammad Saw.) Alfatihah
Buku Muhammad sang Yatim ini
menjadi buku yang saya baca setelah saya Kembali dari Ziarah ke tanah
perjuangan sang Kekasih Tuhan, Muhammad Saw. kata orang obat rindu adalah
bertemu, tapi di kota penuh cinta (Madinah) pertemuan justru menjelma kerinduan
yang semakin mendalam dan tak kutemukan lagi Dimana obatnya. Allahumma
Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad
Buku dengan 587 halaman ini
benar-benar mengurai kisah-kisah yang Sebagian belum dituliskan pada buku-buku sejarah yang saya
baca sebelumnya. Saya menyoroti satu kisah Muhammad kecil saat dalam pengasuhan
kakeknya, Abdul Muthalib. Betapa kemuliaan akhlaknya Muhammad Saw. memang tiada
bandingnya, Ketika Muhammad kecil semua orang-orang sekitarnya sudah mengakui
keindahan dan kebenaran dari perilakunya. Semua orang bersaksi bahwa Muhammad
adalah lelaki dengan budi pekerti yang sangat luhur.
Kisah masa kecil Muhammad
diceritakan dalam Buku Muhammad sang Yatim hlm 441. Pada satu kesempatan
seorang Arab datang dari pedalaman mengadu kepada Abdul Muthalib. “Aku
mengalami pencurian di negeri kalian, hartaku yang kutaruh di sabuk dirampas.
Sabukku hilang dan juga hartaku.” Abdul Muthalib lalu menjamunya di rumahnya
sampai sabuknya ditemukan. Tiba-tiba Muhammad kecil yang mengetahui masalah itu
teringat bahwa salah seorang temannya
Bernama Muaz menemukan sabuk dari kain wol yang dengan cepat
menyembunyikannnya. Muhammad kecil lalu memanggil Muaz dan meminta sabuk itu.
Namun Muaz menolak, tapi Muhammad kecil bersikeras memintanya. Muaz malah
mengancam akan memukulnya, tetapi Muhammad kecil tidak takut pada ancamannya
dan bersikeras untuk mengambil sabuk tersebut. Anak-anak lain yang merupakan
kawan Muaz berkata, “Hai Muhammad, engkau ini kawan dan teman kami. Kita sudah
menemukan uang dan itu halal bagi kita. Engkau juga akan mendapat bagianmu
sebagaimana kamu semua.”
Muhammad kecil membalas, “Itu
adalah harta orang Arab yang sedang berkunjung, dia adalah tamu kita. Harta itu
harus dikembalikan kepadanya.” Anak-anak itu meminta Muhammad kecil agar diam
saja, tetapi ia tetap bersikeras menolak dan berkata, “Bagaimana aku bisa diam
sementara aku mendengar orang mengeluh dan mengaduh.” Mereka berkata,
“Pulanglah ke rumahmu, biarkan orang Arab itu pergi dan kita bagi harta ini.”
Muhammad kecil berkata lagi, “Apa kalian mengajakku untuk berbohong?” mereka
berkata, “Apakah ada yang memintamu untuk berbohong?” Muhammad kecil membalas,
“Apakah bukan kebohongan jika aku berlaku diam atas kebenaran dan aku
sembunyikan apa yang kulihat dan kudengar?” seorang dari mereka berkata,
“Bagimu setengah jika engkau mau diam.” Muhammad berkata, “Apa gunanya harta
bagiku jika akhlakku telah hilang?” mereka berkata, “Kami akan memukulmu dan
tak mau lagi berteman denganmu.” Muhammad berkata, “Lakukan sesuka hati
kalian.”
Mereka lalu berkerumun
memukulinya hingga hal itu memancing keramaian. Akhirnya, ibu Muaz datang dan
membawa sabuk tersebut dan menyerahkannya kepada Muhammad kecil seraya
mengatakan “Ini adalah amanahmu dan tidak perlu ada pertikaian dan permusuhan.”
Mereka pun mengembalikan harta itu kepada pemiliknya. Seseorang berteriak bahwa
Muhammad kecil patut mendapat ganjarannya, tetapi Muhammad kecil membalas
ucapannya, “Kita tidak perlu diberi ganjaran hanya karena menunaikan Amanah.”
Orang Arab si pemilik sabuk berkata, “Sungguh engkau adalah yang jujur lagi
terpercaya.” Masya Allah
Kisah di atas hanya salah satu
kisah dari Muhammad kecil yang begitu mulia akhlaknya, perjalanan hidupnya
benar-benar menggugah siapapun yang membacanya.
Dalam buku Muhammad sang Yatim, penulisnya menyuguhkan narasi yang
menggetarkan jiwa para pembaca, bagaimana tidak bergetar, Ketika seorang lelaki
Yatim namun dalam kurun waktu 23 tahun mampu melakukan revolusi besar-besaran
dan melahirkan peradaban yang tiada bandingannya. Bahkan setiap peperangan yang
dilakukan kaum Muslim semasa Nabi Saw. hidup maupun setelah wafat beliau,
jumlah pasukan Kaum Muslim selalu tak pernah lebih banyak dari lawannya, tapi
mereka mendapat kemenangan sampai mampu menaklukkan negara adidaya Romawi dan
Persia. Kunci yang diamanahkan Nabi Saw. hanya satu “Jangan takut Mati” Jiwa
yang mencintai Allah dan Rasulnya itulah yang menyebabkan mereka tak takut
dengan lawan-lawannya yang memiliki kekuatan luar biasa di mata manusia.
Keimanan dan kecintaan Sahabat
kepada Muhammad Saw. adalah puncak tertinggi keimanan, karena mereka rela
meninggalkan apapun yang mereka miliki demi menemani dan melindungi sang
kekasih Tuhan yang akhlak dan wajahnya teduh bak rembulan. Aisyah berkata tentang
Muhammad Saw, “Beliau adalah orang yang paling baik , orang yang paling mulia,
suka tertawa dan tersenyum.” Kemudian Abdullah bin Harits berkata, “Aku tak
pernah melihat orang yang paling banyak tersenyum selain dari Rasulullah Saw.”
Kemudian Anas bin Malik yang
merupakan Khodimnya Rasulullah Saw. sejak usia 10 tahun juga berkata, “Aku
telah melayani Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun, demi Allah beliau tidak
pernah mengeluh sekalipun kepadaku, tidak pernah mengomentari apa yang aku
lakukan, kenapa aku melakukan ini dan itu. Tidak pernah berkomentar pada
sesuatu yang belum aku perbuat. Beliau tidak pernah mencelaku, tidak pernah
memukulku, tidak pernah menghardikku, tidak pernah bermuka masam kepadaku,
tidak pernah menegurku jika aku terlambat melakukan perintahnya dan jika salah
seorang istri beliau menegurku, beliau berkata ‘Biarkanlah dia, jika dia mampu
tentu akau dilakukannya’.”
Selamat menyelami Samudra kisah
dan sejarah yang sarat akan hikmah, dan semoga kita semua akan bertemu dalam
naungan kerinduan yang sama kepada manusia mulia kekasih Tuhan, Muhammad Saw.
Yaa Rasulullah…
Izinkan kami semua menapaki tanah
dakwah perjuanganmu, karena rindu ini begitu menggetarkan dan penuh air mata
kerinduan.
Yaa Rasulullah Kekasih Tuhan…
Semoga kerinduan ini mengantarkan
kami untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan dan menjalankan semua sunnah
kebaikanmu…
Yaa Rasulullah dengan penuh rindu
yang mencekam, aku mencintaimu.
Meskipun engkau tahu, banyak
kepalsuan dan peluh dosa dalam diriku.
Tapi aku tak berdusta bahwa cinta
dan rindu ini benarlah adanya…
Semoga engkau ridhai ku untuk
menjadi umatmu…
Aamiin
Dari Umatmu yang penuh
Kepalsuan