Sabtu, 31 Maret 2018

Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng


Novel ini adalah novel kedua dari Jostein Gaarder yang saya baca. Sebelumnya saya sudah membaca novel The Puppeter. Tidak jauh berbeda dengan novel yang saya baca sebelumnya, kedua-duanya menghadirkan sosok teman dari dunia imajinasinya. Petter sosok anak kecil yang bicaranya dewasa sebelum waktunya, pastinya bukan tanpa alasan kenapa dia berbeda dari anak-anak lain pada umumnya. Otak Petter selalu dipenuhi dengan imajinasi yang kadang mengacak-acak pikirannya, hingga akhirnya dia tidak bisa membedakan mana yang kenangan nyata dan kenangan dari imajinasinya saja dan setelah mendekati akhir bacaan ini, saya tau bahwa Petter adalah anak kecil yang tumbuh dari orang tua yang suka bertengkar bahkan bercerai. Jadi tidak heran mengapa Petter berbeda dengan anak-anak kecil kebanyakan.
Karena bakat Imajinasi yang berlebihan itulah, Petter mulai menjual sinopsis-sinopsis kepada penulis-penulis dunia. Petter tidak suka ketenaran, bahkan Petter sendiri mengatakan bahwa dirinya tidak akan menulis novel, maka dari itu ia lebih memilih menjualnya. Menurut saya karakter Petter ini tidak jauh berbeda dengan Jacob dalam novel The Puppeter, keduanya sama-sama memiliki teman imajinasi dan sama-sama penyendiri. Kalau Jacob menyambung komunikasi dengan orang lain dengan cara menghadiri setiap upacara kematian, tapi kalau Petter dengan cara menjual-jual sinopsis hasil dari pikirannya tersebut. Perbedaannya di novel ke-dua yang saya baca ini, ada bagian-bagian yang menurut saya terasa amat vulgar. Tapi terlepas dari itu novel Putri Sirkus ini masih enak kok untuk dinikmati.
“Novelis memiliki bakat khusus untuk berjuang berlama-lama dengan gigih demi menyempurnakan sebuah cerita, sering kali selama bertahun-tahun. Bagi saya, itu terasa terlalu pasif, kurang fokus dan melelahkan” (Petter)
“saya tidak pernah dapat melakukan tindakan hebat seperti menulis, menerbitkan dan mempersembahkan sejumlah novel atau antologi cerita pendek, kemudia ke atas panggung dan mendengarkan tepuk tangan. Satu hal lagi menulis novel telah menjadi hal yang sangat biasa. hanya orang lainlah yang menulis novel. Suatu hari menulis novel akan menjadi sebiasa membacanya”. (Petter)
Novel Putri Sirkus dan Lelaki penjual Dongeng, bisa dibeli di Gramedia atau memesannya via Online. Dengan membaca ini,  kalian akan diajak berimajinasi oleh sang Penulis dengan dongeng-dongeng yang seperti fakta dan tidak fakta...

Jumat, 30 Maret 2018

Fatimah Az-Zahra binti Muhammad saw


Fatimah adalah puteri bungsu Nabi saw. Dialah anak yang paling dicintai Nabi. Karena itu ia dijuluki Ummu Abiha (ibu dari bapaknya). Fatimah memeluk islam bersama ibu dan saudara-saudaranya ketika tinggal di Makkah. Fatimah turut serta dalam perang badar dan uhud. Dialah yang mengobati luka Nabi saw saat perang Uhud dan tak kuasa menahan tangis saat melihat keadaan Nabi saw.

Fatimah dipersunting Ali bin Abi Thalib setelah direstui Nabi saw. Mahar yang ditermia Fatimah adalah harga baju perang milik Ali senilai 400 dirham. Pernikahan Ali dengan Fatimah adalah karena perintah Allah kepada rasulnya. Fatimah adalah sosok ibu mulia yang melahirkan anak laki-laki dan perempuan yaitu Hasan, Husain, Muhsin, Zainab, dan Ummu Kultsum. Annas meriwayatkan bahwa setiap kali keluar hendak mengerjakan shalat subuh, Nabi melewati pintu rumah Fatimah selama enam bulan. Kemudian Nabi berseru, “ayo shalat, wahai keluarga Muhammad”. Lalu beliau membaca ayat, “sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

Riwayat lain dari Ibnu Abbas bahwa dia berkata, “apabila Nabi baru tiba dari sebuah perjalanan, beliau selalu mencium puterinya, Fatimah”. Demikianlah  Nabi telah mengajarkan kepada kita mengenai pribadi seorang ayah yang penuh ketulusan dan kasih sayang kepada anak-anaknya.

Ketika ajal nabi saw sudah dekat, Fatimah menangis di samping Nabi saw. Fatimah menangis karena Nabi saw membisiki dirinya tentang ajal Nabi dan Fatimah adalah orang pertama dari keluarganya yang akan menyusul Nabi saw. Dan kemudian Fatimah tersenyum, karena Nabi saw membisiki kedua kalinya, beliau berkata “kabar gembira untukmu bahwa kamu akan menjadi penghulu kaum wanita di surga” kemudian Fatimah tertawa. Fatimah wafat enam bulan kemudian setelah kematian Nabi saw.

Rasul saw bersabda, “wanita paling baik di alam semesta adalah Asiyah binti Muzahim (istri Firaun), Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad saw”.

Sumber Tulisan: Samiyah Menisi, Muhammad Rahmat bagi Wanita. Abdurrahman Umairah, Wanita-wanita dalam Al-Qur’an.

Ummu Kultsum binti Muhammad saw


Ummu Kultsum adalah puteri ketiga Nabi saw. Dia memeluk Islam, mengikuti baiat dan bersama puteri-puteri nabi lainnya berhijrah ke Madinah. Ummu Kultsum diperistri Utaibah bin Abu Lahab sebelum masa kenabian, kemudian diceraikan karena faktor dakwah ayah mertuanya. Dia tingga di Makkah bersama ibu dan saudar-saudaranya. Dia masuk Islam dan mengikuti baiat bersama kaum wanita dihadapan Nabi saw. Setelah berhijarah ke Madinah, dia tinggal di Madinah bersama Nabi saw hingga kematian Ruqayyah. Kemudian pada tahun ke-3 Hijriyah dia menikah dengan Utsman atas perintah Allah. Dari situlah Utman mendapat julukan Dzu al-Nurain (pemilik dua cahaya) karena telah menikahi dua puteri Nabi saw.

Ummu Kultsum tinggal bersama Utsman sampai ajal menjemputnya pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriah. Pada hari wafatnya, Nabi turut memandikan Ummu Kultsum sekaligus mengajarkan cara wanita memandikan jenazah puterinya. Dalam sebuah riwayat, Annas bin Malik berkata, “aku melihat Nabi saw duduk di dekat kuburan Ummu Kultsum dengan berlinang air mata”. Nabi saw menshalati jenazah Ummu Kultsum dan duduk di samping liang lahatnya, seraya melepas kepergian puterinya dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Ummu Kultsum adalah mujahid wanita yang ikut berhijrah seraya mengharap pahala dari Allah swt. Dia mujahidah yang sabar dan tabah dalam berjuang. Nabi mengasuh Ummu Kultsum dengan penuh cinta dan kasih sayang seorang ayah hingga ajal menjemputnya.

Sumber Tulisan: Samiyah Menisi, Muhammad Rahmat bagi Wanita. Abdurrahman Umairah, Wanita-wanita dalam Al-Qur’an.





Ruqayyah binti Muhammad saw


Ruqayyah adalah anak kedua dari Nabi Muhammad saw dan Khadijah ra, dia lahir setelah Zainab. Dia memeluk Islam ketika tinggal di Makkah bersama ibu dan saudara-saudaranya. Bersama mereka Ruqayyah ikut berbaiat di hadapan Nabi saw dan menyaksikan bagaimana kafir Quraish mengisolasi mereka. bersama mereka Ruqayyah ikut berjihad membantu perjuangan ayahnya di Makkah sampai ajal menjemput ibunya. Ruqayyah menikah dengan Utbah bin Abu Lahab, kemudian diceraikan suaminya karena dakwah yang dibawa oleh ayah mertuanya. Setelah itu Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan, lalu mereka ikut berhijrah ke Habasyah. Saat itulah dia melahirkan anak laki-laki bernama Abdullah al-Akbar, sebuah nama sekaligus julukannya. Puteranya meninggal saat berusia enam tahun setelah kedua matanya dipatuk ayam.

Ruqayyah adalah salah satu selasih dari selasih surga, ia adalah hembusan angin sepoi pada waktu musim gugur yang indah. Ruqayyah adalah keturunan rumah tangga keimanan dan ketakwaan, rumah tangga keikhlasan dan ketaatan, kesucian dan kesetiaan. Hati Ruqayyah kecil telah menyaksikan kesediahan dan rasa iba atas sikap para kaum kafir yang terang-terangan menabuh genderang perang terhadap ayahnya dan para pengikutnya yang lemah. Bagaimana mereka diikat oleh tali, disimpan di bawah terik panas sinar matahari yang membakar  dan di atas mereka di simpan batu-batu yang panas sampai mereka kembali menyembah Tuhan patung mereka.

Ketika tinggal sekitar 17 bulan di Madinah, Ruqayyah diserang penyakit cacar. Nabi memerintahkan Utsman agar tetap berada di samping istrinya meskipun kaum muslimin bersiap-siap untuk perang Badar. Ketika Nabi baru tiba dari perang Badar, Ruqayyah wafat dan dimakamkan. Saat Fatimah duduk di makam Ruqayyah, Fatimah menangisi saudarinya di samping Nabi saw. Nabi saw memegang Fatimah, mengusap air matanya dengan ujung kain beliau. cukuplah beliau menunjukkan kesabarannya di hadapan Allah. Ruqayyah turut berjuang di jalan Allah, Nabi saw memuji keagungan Allah dan menitipkan Ruqayyah di sisinya.




Sumber Tulisan: Samiyah Menisi, Muhammad Rahmat bagi Wanita. Abdurrahman Umairah, Wanita-wanita dalam Al-Qur’an.

Zainab binti Muhammad saw


Zainab adalah putri sulung Nabi saw dengan Khadijah Ra. Ia lahir ketika Nabi saw berusai 30 tahun. Zainab menikah dengan putera bibinya dari pihak ibu, Abu al-‘Ash bin al-Rabi’ sebelum masa kenabian. Bibinya Halah binti Khuwailid sangat dihormati Nabi. Ketika Zainab bersama ibu dan saudara-saudaranya memeluk Islam, Abu al-‘Ash tetap memegang agama yang dipeluk orang-orang Quraisy. Dari pernikahannya dengan Abu al-‘Ash, Zainab melahirkan seorang putera bernama Ali yang meniggal ketika menginjak usia dewasa. Nabi pernah memangku Ali ketika naik kendaraan pada saat fathu Makkah. Kemudian lahir pula dari rahim Zainab seorang anak perempuan bernama Umamah, yang kemudian dinikahi Ali bin Abi Thalib setelah kematian Fatimah. Sesudah Ali wafat, Umamah diperistri oleh Mughirah bin Naufal.

Sejarah mencatat bahwa Zainab adalah puteri yang sangat patuh kepada ayahnya. Dia selalu mencurahkan isi hatinya kepada kitab suci. Memohon agar Allah memberikan hidayah kepada suaminya hingga terbuka hatinya untuk masuk Islam dan memohon agar dia diberi ketenangan dan kekuatan atas apa yang akan terjadi. Kemudian Abu ‘Ash memeluk Islam pada tahun ketujuh Hijriyah, namun baru saja ikatan keluarga tersebut terajut, perpisahan terakhirpun terjadi. Pada tahun kedelapan hijriyah, Zainab wafat. Abu ‘Ash hidup seorang diri sampai akhirnya setelah itu dia pun menyusul istrinya.

Dengan kepergian Zainab, wanita yang paling dicintai rasulullah saw. Keihklasan, kebaikan dan pengorbanan yang sudah dilakukan Zainab merupakan inspirasi bagi semua orang.

Sumber Tulisan: Samiyah Menisi, Muhammad Rahmat bagi Wanita. Abdurrahman Umairah, Wanita-wanita dalam Al-Qur’an.

Khadijah Al-Kubro (Sang Perempuan Surga)


Dia adalah Ummul Mukminin yang bersih dan suci. Wanita yang pertama mengucapkan syahadat tauhid setelah Rasul saw dan mengingkari penyembahan berhala. Dia tmbuh dan hidup di kota Makkah dan Baitullah al-Haram, bapaknya bernama Khuwailid bin Asad dan ibunya bernama Fatimah Binti Zaidah. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar wanita yang dihormati dan kaya raya. Dia memperkerjakan banyak orang untuk mengurus harta bendanya. Hal itu dilakukannya karena bangsa Quraisy sangat terkenal terampil dan mahir dalam hal perniagaan.

Kahdijah adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah saw dan paling banyak meninggalkan cerita perjuangan dalam kehidupan beliau. dari pernikahan Khadijah dengan Rasulullah saw lahirlah putera-putera yang shaleh, yaitu Qasim, Thayyib, Thahir dan beberapa orang puteri yaitu Ruqayyah, Zainab, Ummu Kultsum dan Fatimah.

Khadijah beriman dan mempercayai apa yang dibawa rasul saw. Beliaulah yang membela dan memberikan semangat kepada Rasul saw. Jika pendustaan kaumnya kala itu membuat Rasul saw bersedih, maka Allah menghilangkannya dengan hiburan melalui Khadijah. Khadijahlah yang telah membuat beliau tegar dan meringankan masalah-masalah kaumnya.

Ummul Mukminin Khadijah, wafat di kota Makkah tiga tahun sebelum hijrah Rasulullah saw ke kota Yatsrib. Saat itu Khadijah berumur 65 tahun. Ketika Khadijah wafat, Nabi saw masuk ke dalam kamarnya dan bersabda, “aku tidak melihat bahwa kamu membenci (sesuatu) dan kadang dalam kebencian itu terdapat suatu kebaikan”. Saat pemakaman Rasulullah sendiri yang turun ke liang kubur dan meletakkan jasad Khadijah dengan tangannya. Khadijah dimakamkan di daerah Hujun, salah satu gunung yang berada di kota Makkah. Wafatnya Khadijah telah memberikan pengaruh yang mendalam pada jiwa Rasulullah karena Khadijah adalah seorang istri yang padanya Rasulullah mendapatkan ketenangan.

Sumber tulisan: Abdurrahman Umairah, Wanita-wanita dalam Al-Qur'an dan Samiyah Menisi, Muhammad Rahmat bagi Wanita.

Sang Alkemis (The Alkemist) Paulo Coelho



Saya tertarik untuk membaca novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho, novel ini banyak memuat nilia-nilai positif yang sangat luar biasa. sejujurnya awal mula saya tetarik membaca novel ini adalah karena latar lebakang kehidupan sang penulis, salah satunya adalah bahwa penulis pernah dua kali dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa oleh orang tuanya, karena mereka tidak setuju dengan Paulo yang terjun ke dalam dunia sastra atau tulis menulis. Perjalanan panjang Paulo untuk menjadi seorang penulis memang tidak mudah, apalagi sampai tidak mendapat dukungan orang tua sendiri yang merupakan orang terdekat kita. hal tersebut tentunya banyak memberikan motivasi buat semua orang khususnya saya sendiri, bahwa memang Mimpi-mimpi yang ingin kita gapai itu sesulit apapun, seberat apapun rintangan di depannya, mimpi-mimpi itu akan tetap datang memeluk dan menggenggam kita yang sudah susah payah berjuang untuk mendapatkannya.
karena sang Alkemis ini novel pertama dari karya beliau yang saya baca, saya belum tahu bagaimana alur-alur novel lainnya. tapi dari sang Alkemis ini saya merasa tokoh Santiago adalah sosok Paulo Coelho, yang terus menerus mengejar takdirnya. bahkan dia harus keluar dari zona aman agar bisa mengejar takdir yang sudah ter-Maktub tersebut. dia harus meninggalkan rumahnya dan mencari kehidupannya sendiri, saat sudah nyaman dengan kehidupannya sendiri, ia juga harus terus melangkah maju mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilaluinya. karena betapa banyak manusia yang tidak mau mengejar mimpi mereka hanya karena mereka sudah merasa takut akan kegagalan. mereka sudah digerogoti oleh ketakutan yang tidak bisa menghasilkan apa-apa. bukankah perasaan takut akan kegagalan itu lebih menyeramkan daripada kegagalan itu sendiri.

dan masih banyak lagi pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari novel sang Alkemis ini, buat siapapun yang masih takut dengan mimpi-mimpi kalian, silahkan baca novel ini. benar-benar menggugah dan menggerakkan, karena bagaimanpun kita berhak atas impian kita, soal takdir baik dan buruk, Tuhan telah memberikan pilihan, tinggal kita mau pilih yang mana.

Kamis, 29 Maret 2018

Novel Biografi Muhammad saw


‘Jangan mengaku sebagai ummat Muhammad, kalau nama ayah ibunda beliau saja kita tak tau’
Saya melihat fenomena keadaaan saat ini adalah ketika saya bertanya pada pelajar-pelajar tentang sejarah kehidupan Rasulullah saw atau yang paling gampangnya surat apa yang di dalam Al-Qur’an menggambarkan peristiwa kelahiran nabi dan kalian pasti paham apa jawaban dari mereka, makanya saya harus membuat tulisan ini. Setiap tahun sekali, mereka ikut andil memeriahkan kelahiran Nabi saw, tapi mereka luput akan nilai-nilai pelajaran terbesar dari kehidupan Nabi saw. Mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah karena mereka tidak mau tau dan dirasa tidak perlu tau. mereka-mereka juga tidak gemar membaca buku-buku sejarah, padahal itu sejarah baginda nabi saw, yang dengannya kita bisa merasakan Islam yang disebarkan 1400 tahun yang lalu.
Perintah pertama yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril as kepada Nabi saw adalah Iqra’, lantas kenapa kita sebagai umatnya malas untuk membaca? Ada sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa dirinya tidak suka membaca. Bagi saya membaca bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan termasuk mereka yang tidak hobi membaca.  Jika ingin mempunyai kesukaan dalam membaca, mulailah membaca Al-Qur’an, dapat ilmu dan dapat pahala di setiap huruf yang kita ucapkan. Setelahnya mulailah membaca buku-buku novel atau bacaan apalah yang membuat kalian bisa menikmati dan menghayatinya, tentunya  bacaan yang nilainya positif. saya sendiri lebih menyukai buku-buku semacam Novel, komik atau buku sejarah, dan dari situlah saya mulai belajar untuk membaca buku-buku yang lainnya.
Jika kalian malas membaca buku kisah nabi saw dalam bentuk buku bacaan biasa, saya sarankan untuk membaca novel biografi karya Tasaro GK di atas. Novel  biografi tersebut ada dalam 4 jilid yang lumayan tebal. tapi jujur novel ini sudah banyak memberikan perkembangan spritual yang sangat luar biasa kepada diri saya, bahkan di tengah-tengah saya membaca novel biografi tersebut, dengan deraian air mata saya bergumam “ini bisa menjadi amal jariyyah penulisnya”. Bagaimana tidak, bahasa yang digunakan penulis sungguh amat sangat luar biasa, mampu membuat pembacanya seolah-olah hadir di kehidupan baginda nabi saw kala itu. seperti sama-sama berjuang, bahkan benar-benar merasa kehilangan saat waktu kewafatan nabi saw tiba. Setelah membaca novel itu, saya makin banyak bermuhasabah diri “saya ini umat Muhammad macam apa, sunnah jarang sekali saya lakukan, akhlak Nabi saw yang subhanallah mulianya jarang saya terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari. lantas atas dasar apa ketika saya setiap satu tahun sekali merayakan kelahiran beliau, kalau saya sendiri sangat jauh gaya hidupnya dengan gaya hidup yang telah beliau  ajarkan” Allahumma Sholli ala Muhammad.
Awal mula saya tau novel biografi ini adalah ketika tiga tahun lalu, tapat tahun 2015 salah satu teman saya mengatakan bahwa ada novel biografi bagus sekali. Selain menceritakan kisah nabi saw, ada juga tokoh fiksi yang di masukan dalam novel tersebut. Saya memang cukup antusias ketika mendengarnya, ketika suatu hari saya ke Gramedia saya melihat novel itu, anehnya saya  tidak membelinya. Saya Cuma bilang “oh ini novel yang waktu itu diceritakan teman saya”. Bahkan beberapa kali ke Gramed, saya tidak membelinya. Saya mulai membelinya ketika saya ke Gramedia bulan September 2017, entah kenapa saya baru membelinya saat itu dan itu saya hanya membeli jilid 1, karena saya pikir pemanasan dulu lah kalau bagus nanti beli lagi dan faktor kanker juga sih (kantong kering). Ketika saya sudah belipun saya tidak langsung membacanya, masih awet dengan segelnya beberapa hari di meja kecil di kamar kostan. Hingga  kemudian saya membacanya, di awal-awal membaca yang saya rasakan adalah bingung. Saya merasa bahasanya tinggi sekali, saya yang biasa baca novel sambil dengerin musik, kalau yang ini tidak. karena kalau sambil dengerin musik jadi tidak conect. Tapi lama-kalamaan saya terbisa dengan bahasanya, bahkan di dalam novel tersebut juga dikatakan, “semakin tinggi nilai sebuah bacaan tersebut, semakin sulit pula untuk dipahami” (kurang lebih seperti itu lah kata-katanya).
Saya menghabiskan novel jilid pertama itu kurang lebih satu bulan, lama sekali bukan hehe. Tapi setelah menghabiskan jilid 1 yang banyak menguras air mata, saya langsung pesan jilid 2 via online, dan seterusnya sampai jilid ke-4.  karena saya sudah mulai terbisa, akhirnya saya bisa membaca novel ini dengan diiringi alunan lagu. Apa yang saya rasakan kala itu adalah bahwa saya benar-benar merindukan Rasulullah saw, ingin bertemu dan minta maaf, tapi saya malu dengan segunung dosa yang sudah saya lakukan. Sungguh ini novel biografi yang mengantarkan pembacanya agar lebih mencintai Nabi kita Muhammad saw. Novel jilid 1-3 semuanya menguras air mata, tetapi di jilid 4 saya tidak menangis sama sekali, bahkan saya selalu gebrak meja karena saya terbawa marah dengan suasana umat Islam setelah sepeninggal khalifah Umar bin Khathab ra, belum lagi pada masa Khalifah Ali ra terjadi perang saudara, fitnah benar-benar terjadi di mana-mana. Islam seperti terpecah belah hanya karena berbeda Ijtihad, dan peperangan karena perbedaan ijtihad itulah yang menjadi lubang besar masuknya orang-orang zindiq untuk menghancurkan Islam. Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada masa sekarang, kiranya memang kita harus banyak belajar lagi, bahwa sebenarnya kehancuran itu lebih dominan dilakukan karena ulah tangan sendiri, buka orang lain. seperti apa yang dikatakan baginda Nabi saw setelah pulang dari perang melawan orang Kafir “setelah ini kita akan menghadapi perang besar (hawa nafsu)”.
Saya haturkan terimakasih banyak kepada Penulisnya yang sudah membangkitkan nilai kesadaran dalam diri pembaca khususnya saya sendiri, semoga ini menjadi ladang amal jariyyah yang tidak akan pernah terputus.

*perlu diketahui sedikit juga, bahwa di novel ini ada tokoh Fiksi bernama Kashva, yang kisahnya juga sangat menarik untuk di baca. ini novel pertama yang membuat saya sampai lupa makan dan tidur, tapi alhamdulillah tidak lupa solat dan mengaji ^_^

Kalam-mu Kekasih-ku By: Zainab al-Ghazali


Aku mencintai Al-Qur’an hingga aku dapat menghayatinya.
Apabila aku menghayatinya, aku ingin melagukan iramanya untuk orang yang aku kasihi.
Maka aku alunkan sebagian alunan para mufassirin.
Aku tidak mengatakan bahwa aku adalah seorang mufassirin.
Tetapi apa yang aku mampu ucapkan adalah bahwa aku benar-benar mencintai Al-Qur’an, begitu merindukannya dan tentu seorang yang sedang dilanda rindu akan gemar menyebutkan orang yang dirindukannya.
Seorang pernidu tentu gemar  bercerita tentang orang yang dicintainya, duduk bersama orang yang dikasihinya dan saling berpelukan.
Maka aku berpelukan dengan Al-Qur’an, berbicara dengannya dan ia bermekaran di kalangan para mukmin dan mukminat, muslim dan muslimat.
(The Leader of Sayyidah Muslimah)

Dua Trucks dari Ayah


Ayah adalah sosok laki-laki yang akan melakukan apa saja untuk anaknya, tanpa perlu diketahui anak-anaknya ia akan berjuang sendiri dibalik kerasnya dan beratnya kehidupan.
Hari yang cerah, di bawah langit yang biru bertabur awan putih. saya dan adik laki-laki saya sedang bermain di halaman rumah, bermain serbuk-serbuk kayu yang baru saja di giling. Untuk anak seusia kami  tentu bermain serbuk kayu itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan dan membahagiakan, itulah yang selalu membuat saya iri dengan anak kecil, dimanapun dan kapanpun dia selalu bahagia dengan dunianya, senyum mereka tulus dan ikhlas, sesuai sekali dengan apa yang telah dikatakan Buya Hamka “Ikhlas dan Sejati akan bertemu dalam senyuman anak kecil”.
 Saya tidak bisa mengingat jelas kala itu tahun berapa dan saya berumur berapa, yang saya ingat hanya saat itu adalah waktu pagi hari menjelang siang dan kemungkinan saya memang belum masuk sekolah.
Saya dan adik saya semakin asyik dengan dunia serbuk kayu tersebut, hingga beberapa waktu kemudian, sosok laki-laki yang gagah, menggunakan celana bahan warna hitam, baju batik dan peci hitam yang selalu berada di kepalanya menghampiri kami berdua. Laki-laki itu baru saja pulang, entah beliau dari mana. ia membawa dua mobil-mobilan Truck yang masih dibungkus pelastik, menghampiri kami berdua yang sedang bermain. saya ingat wajah beliau yang lelah, dan menyodorkan mainan tersebut pada saya dan adik saya. Sontak kami berdua  senang bukan main dan langsung  membuka bungkusan pelastik mobil-mobil-an tersebut, mengisinya dengan serbuk-serbuk kayu tadi.
Moment yang ini saya hanya mengingatnya sebatas itu, saya tidak ingat setelah itu apa yang Ayah lakukan. Tapi moment ini selalu membuat saya menangis kala saya mengingatnya, karena yang menempel dalam ingatan saya sampai saat ini adalah wajah Ayah yang terlihat lelah ketika menyodorkan dua mainan mobil-mobilan tadi. Semoga Ayah yang sekarang di sisi Allah, ditemani dengan berjuta rahmatnya, aamiin

*Ayah rindu itu datang lagi, malam ini. dengan hembusan angin yang begitu lembut di tengah purnama yang bersinar terang*

Om Dilan


Dilan, siapa sekarang masyarakat Indonesia yang tidak kenal Dilan. Namanya melejit setelah Novel Dilan 1990 di film-kan dan tayang di bioskop akhir januari 2018 kemarin, antusias masyarakat Indonesia juga sangat luar biasa, bukan saja dari para remaja, tapi anak-anak, ABG, dewasa, tante-tante ibu-ibu, atau juga nenek-nenek dan begitupun dengan para kaum Adam dari semua kalangan. Termasuk saya tentunya, harus saya akui saya tidak sama sekali tertarik dengan novel Dilan yang terpajang kaku di Gramedia, belum lagi Covernya SMA, ahhh bukan selevel saya lagi, karena saya bukan lagi SMA. bahkan ketika akan di filmkan juga ya biasa saja, siapa Dilan ya aku ra kenal. Saya yakin 100 % orang-orang dari berbagai kalangan yang menjadi Dilanisme, tentu tidak semua tahu dan pernah membaca novelnya, bahkan pemain Milea yang diperankan Vanessha sendiri belum pernah tahu siapa Dilan. Setelah Dilan naik layar, di berbagai macam dunia (indonesia) semua serba kata-kata dari Dilan, “jangan rindu, berat”. Dan banyak lagi. saya penasaran, tentu. Akhirnya saya ikut-ikutan juga nonton dan jreng-jreng, jatuh bangun aku mengejarmu. istilahnya saya itu kaya kena karma, yang tadinya tidak mau peduli, sekarang malah pengen tau banget dan peduli banget. saking pedulinya, saya sampe ngefans banget sama Iqbal yang memerankan karakter Dilan. ah saya sudah tuwir begini...
Karakter Dilan itu sederhana tapi istimewa, dia mampu merubah hal-hal biasa menjadi luar biasa. penulisnya amat berjasa besar terhadap karakter Dilan yang mempesona dan membuat semua masyarkat Indonesia jatuh cinta. Setelah nonton Dilan 1990, saya tentunya penasaran tingkat akut. Langsunglah saya lahap novel ke-dua dan ke-tiganya dan alhasil baper dan mewek. Novel Pidi Baiq ini novel ke-tiga yang membuat saya menangis, setelah sebelumnya ada novel dari Tere Liye dan Tasaro GK yang merupakan penulis favorit saya. 

Novel Dilan ini bukan hanya bercerita tentang anak remaja SMA yang sedang di mabuk asmara saja. Kite tentunya sebagai penikmat dan pengamat, akan paham bagaimana banyak pelajaran yang diambil dari kisah dalam novel tersebut. Dari Karakter Dilan kita belajar bahwa segala sesuatu itu tidak bisa hanya melihat dari covernya saja, karena hati manusia tidak ada yang tahu, bahkan manusianya itu sendiri belum juga paham apa yang ada di dalam hatinya. Pasti sebagian Guru atau mungkin rata-rata guru sangat geram dengan karakter Dilan di sekolahnya, tapi itu menjadi pelajaran juga buat para guru, bagaimana menyikapi karakter Dilan dengan baik.
Selain itu ada Bunda Dilan, karakter yang benar-benar membuat kagum dalam novel ini yah si bundanya Dilan itu, kalian yang sudah membaca novelnya sampai seri ke-3 pasti paham. Menurut saya karakter bunda Dilan adalah karakter ibu yang sangat luar biasa. bunda  mendukung apapun yang dilakukan anaknya selagi itu tidak keluar batas yang berlebihan. bahkan gaya bunda ketika Bunda menasihati Dilan tidak menggunakan kata-kata yang menghakimi tapi mengayomi. Dengan masalah-masalah yang menghadapi Dilan, bunda masih dengan senangnya mengatakan bahwa sebenarnya Bunda bangga dengan Dilan. Menurut saya Dilan memang bukan anak nakal yang tidak tau aturan, Dilan tau mana yang baik dan tidak baik untuk dilakukan. Sikap nakal pada masa-masa itu memang hal wajar, tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan sesuatu atau cara yang lebih baik, seperti Bunda Dilan dan ibu Rini. Dilan mempunyai karakter yang sangat menghormati orang tuanya, dia bahkan menjadi seorang anak remaja yang cerdas, terlepas dari karakter Dilan yang selalu menyelesaikan masalahnya dengan adu fisik. 
Saya berterima kasih atas film Dilan 1990, karena setelah sekian lama akhirnya saya menjadi penggemar fanatik film Indonesia. Kemana-mana Dilan, obrolan tiap hari tentang Dilan dan Dilan oh Dilan kenapa tidak bisa bersatu dengan Milea, hanya karna Prasangka yang salah, masalahnya sepele memang, tapi itulah kenyataannya yang terjadi saat era akhir abad 20, tekhnologi belum secanggih sekarang. Kalau boleh saya menebak di sini, ayah Pidi Baiq itu adalah sang panglima tempur. Tapi semua orang punya persepsi masing-masing, silahkan. Entah benar atau tidaknya, hanya Tuhan, Pidi Baiq dan orang-orang yang terlibat yang maha tahu. Sekian dan terimakasih.

*jika Milea mengenal Dilan pada tahun 1990, saya mengenal Dilan Tahun 2018 (Novel Dilan maksudnya). Saya suka Ayah Pidi Baiq dan saya suka Dilan*

Nb: kenapa saya menggunakan Judul Om Dilan, karena di saat tahun 1990 Dilan sudah berusia 17 tahun, sedangkan saya baru lahir 4 tahun kemudian. kalau memang ada di dunia nyata karakter Dilan itu,  pastinya dia sudah bapak-bapak seperti Ayah Pidi Baiq.

Minggu, 04 Maret 2018

Berceritalah pada Semesta dan Aku akan menjadi Semesta-Mu


























Langit-mu Bangkitkan-ku...

Aku mencintai atap kehidupan-ku, luas membentang meski tanpa tiang, teduh dan tak pernah tau kapan akan runtuh.
hati-ku bangkit saat melihat langit.
ia semesta yang penuh energi positif, Tuhan memberikannya cuma-cuma untuk hambanya yang mau merenungi ciptaannya.
Tuhan tau hambanya akan  mengalami banyak rasa dalam menjalani kehidupan dunia yang merupakan fase pertama perjalanan.
maka dari itu Tuhan sedikit wujudkan wajah surganya di dunia, untuk ketenangan. bahkan ia turunkan kalam untuk memberikan keberkahan.
aku ingin menapaki tangga langit, aku harus belajar dari langit, tapi satu hal yang harus di catat 'jangan sampai bersikap seperti langit, karena kita tercipta bukan dari gumpalan indahnya langit, tapi dari tanah yang merupakan tempat semua makluk hidup memulai kehidupan'
(menulis ini saat langit tak lagi dengan terangnya, tapi sedang bersama gelapnya)
Bird.Pipit16

Kamis, 01 Maret 2018

Yang paling jauh dari kita adalah Masa Lalu


Masa lalu adalah masa yang telah terlewati, semua orang tentu tahu masa lalu selalu berada di belakang tak akan pernah ada di depan kita. semua manusia pasti mempunyai masa lalunya masing-masing, ada yang hitam, ada yang putih dan ada yang abu-abu. semua manusia bertanggung jawab dari perbuatannya di masa lalu, yang berdampak pada masa sekarang yang sedang dijalaninya...
penyesalan manusia di hari ini karena perbuatannya di masa lalu, bukanlah penyesalan yang harus diratapi sampai tidak menemukan solusi. justru saat Tuhan masih memberikan  waktu itu artinya Tuhan memberikan kita kesempatan untuk terus memperbaiki diri dengan benar di jalan Tuhan...
hidup kita sekarang dan yang lalu adalah bagian dari waktu, tetapi masa depan belum tentu menjadi bagian dari waktu hidup kita, karena masa depan masih menjadi sebuah misteri yang tidak kita ketahui keberadaannya. 
waktu bergerak sangat cepat, benar-benar membuat segala hal yang pernah terjadi seperti tidak pernah terjadi. hal yang membahagiakan dan menyedihkan dalam hidup berlalu dimakan waktu, melayang terbang terbawa hembusan angin dan ditangkap pada sebuah tempat bernama kenangan. sesekali kenangan itu datang membuat yang mengenangnya terbawa hanyut rindu sedih dan bahagia.
kita sekarang terus bergerak mengikuti waktu, menuju pintu dimensi waktu yang berbeda dengan waktu yang sedang kita tinggali sekarang. kita semua akan sampai pada pintu itu sudah merupakan sebuah keniscayaan, hanya saja orang-orang berbeda cara untuk menembus pintu tersebut. semoga perjalanan hidup dan mati kita penuh dengan kebaikan dan keberkahan.
belajarlah dari masa lalu yang telah berlalu tapi jangan biarkan kita hidup di dalamnya, kita hanya perlu hidup untuk hari ini, karena hari yang benar-benar milik kita adalah hari ini. jangan pernah ada penyesalan untuk bertemu orang-orang baru dalam hidup ini. meski akan ada beberapa hal yang mungkin membuat kita berfikir 'seandainya dulu tidak pernah bertemu' karena beberapa alasan yang membuat kita terpuruk, jatuh dan lain sebagainya. kita ini hanya properti, yang diberikan jiwa yang mempunyai perasaan oleh Tuhan. saat jiwa kita merasa lemah, takut, sedih dan sakit, sederhana saja mintalah kekuatan pada yang memberikan perasaan pada jiwa kita. segala sesuatu yang telah terjadi adalah pelajaran, bukan penyesalan yang tidak tahu lagi harus bangkit. terimakasih pelajaran itu Tuhan, semoga hari-hari kita penuh perbaikan.
bait-bait ini saya tulis saat matahari dengan terangnya menyinari bumi, selama hari-hari kita masih bisa melihat matahari terbit dan terbenam, teruslah berusaha memperbaiki diri tidak peduli betapa buruknya masa lalu kita.
(Fitriyah Syam'un)

Gambaran Surga dalam Kitab Suci Islam. Bahasa Harfiah atau Metafora?

  Dalam Al-Qur’an Surga digambarkan sebagai sebuah tempat yang memiliki Sungai-sungai yang mengalir di bawahnya, terdapat pepohonan dengan b...