Saya baru saja selesai membaca sebuah Novel yang banyak memberikan
pencerahan buat saya yang sedang menulis tentang “Arab dan Non Arab”.
Karena memang agak janggal ketika saya menulis tentang orang-orang bangsa Arab,
tapi saya sendiri belum pernah menyaksikan secara nyata bagaimana keadaan di
sana. Jadi novel karya Fuad Abdurrahman yang berjudul Pelukis Gurun Pasir ini menjadi referensi buat saya tentang bagaimana
masyarakat Arab di sana.
Seorang laki-laki bernama Prasetyo yang kerja di kota Zulfi, Arab
saudi sebagai pelukis. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan menjadi guru di
negaranya Indonesia, karena melihat bagaimana rapuhnya sistem pendidikan di
Indonesia. Tapi bukan berarti ia memutuskan untuk tidak menjadi seorang
pendidik, ia hanya ingin menggali kembali hobinya sebagai penulis dan pelukis.
Dari cerita penulis dalam novelnya tersebut, Pras menyaksikan
sesuatu yang selama ini tidak terfikir olehnya. Di sana juga terdapat banyak
kasus seperti Homosex dan perbuatan-perbuatan haram lainnya. Jadi intinya orang
Arab itu kalau sudah begundal ya sangat begundal, mungkin karena memang
titisannya Abu Jahal. Tapi mereka kalau sudah baik, tidak tanggung-tanggung
baiknya, segala apapun mereka berikan, tidak berat tangan. Media di sanapun
sangat ketat, maka dari itu kita jarang mendengar hal yang tidak selayaknya
tentang negara Arab. Sekalinya ada berita tentang di bukanya sebuah tempat
perjudian macem casino di Arab Saudi, banyak yang tidak percaya bahkan
menganggap itu merupakan Hoax. Jadi alasan mengapa saya menulis ini adalah
karena ketika saya menggapi berita tentang tempat perjudian besar di Arab
Saudi, saya berkomentar begini “Manusia di Arab saudi juga sama dengan
manusia di Indonesia. Manusia di sana belum tentu lebih baik dari manusia yang
ada di Indonesia. Maka dari itu Allah sebutkan berkali-kali dalam Al-Qur’an
kata Innallaha Alimun bidzatishuduur”. Karena komentar ini ada sebagian
orang yang tidak setuju dan tetap fanatik bahwa Arab Saudi adalah negara Islam yang
penghuninya suci-suci. Padahal mereka ya sama seperti kita, sama-sama manusia.
bahkan uniknya di dalam novel tersebut di jelaskan beberapa perbedaan Islam di
Indonesia dan di Arab, kalian bisa membacanya sendiri. Dan itu makin membuka
cakrawala kita, ternyata memang siapapun pasti butuh Islamisasi lagi, bahkan
negara Arab sekalipun yang merupakan tempat lahirnya Islam. Bukan tanpa alasan
mengapa Allah menempatkan rasul terakhir di negara Arab saudi, karena memang
Arab Saudi sebelum datangnya Islam, menjadi negara dengan kejahiliyyahan dan
kebobrokannya.
Negara Arab menjadi negara terakhir yang melahirkan seorang manusia
mulia penutup para Nabi. Negara Arab
menjadi negara yang selalu dikunjungi umat Muslim seluruh dunia, karena di
dalam nya ada dua kota suci Makkah yang merupakan kota kelahiran sang Nabi dan
Madinah yang merupakan kota dimakamkannya sang Nabi. Makkah dan Madinah tentu
menyimpan banyak sejarah perjuangan Nabi dan para sahabatnya dalam menyebarkan
Diinul Islam. Bermula di Makkah sampai kaum kafir semakin genting menyiksa Nabi
dan para sahabatnya, hingga Akhirnya Nabi memutuskan untuk hijrah ke Madinah,
hingga bertemulah dua golongan Muhajiriin dan Anshor dalam naungan persaudaraan
Islam yang Rahmatalil Alamiin. Semoga suatu saat nanti Allah perkenankan kita
beribadah ke dua kota suci tersebut, aamiinn
Selain ada manusia mulia tersebut, di Makkah dan Madinah atau
negara Arab tentu ada manusia yang sebaliknya. Manusia yang memusuhi Nabi dan
menghalangi jalan dakwah Nabi, ada manusia yang masih dalam kemaksiatan dan
kesesatan. Karena tugas Nabi hanyalah menyampaikan, sedangkan Hidayah Allah lah
yang memberikan.
Apakah manusia-manusia yang tingal di Arab Saudi lebih suci dari
manusia-manusia yang bukan non Arab (A’jam). Tentu tidak! bukankah kita semua
sama-sama manusia, yang sama-sama dikaruniai akal dan hawa nafsu. Bukankah yang
membedakan manusia di mata Allah adalah ketakwaaanya, Allah selalu katakan
dalam Al-Qur’an kalimat ‘Allahu Alimum Bidzatis Shuduur’ hati itu urusan Allah
yang maha tahu.
Banyak negara-negara dengan mayoritas Muslim di dunia sebenarnya
masih membutuhkan Islamisasiseperti yang dikatakan Muhammad Abduh “saya
melihat Islam di eropa, tapi tidak ada muslim di dalamnya”. Artinya
nilai-nilai Islam telah diterapkan Eropa, seperti akhlak, kebersihan,
kedisiplinan, semangat belajar dll, tapi sayangnya kebanyakan dari mereka tidak
berTuhan. Sebaliknya sebut saja Indonesia yang mayoritas Muslim, tapi sedikit
di temukan Islam di dalamnya, masih banyak yang mengabaikan hal-hal kecil
seperti disiplin, menjaga kebersihan, semangat belajar dan bahkan di Indonesia
ini seperti krisis Moral dan akhlak, padahal hal tersebut merupakan nilai-nilai
dasar Islam yang harus diterapkan.
Seandainya kita satukan Islam itu ke dalam diri Muslim dengan
benar-benar maka akan tercipta Islam rahmatal Lilalamiin yang sesuai dengan
baginda Nabi saw ajarkan.
Benar adanya dengan apa yang sudah dikatakan Dr Zakir Naik ‘jika
engkau ingin mengenali agama, kenali kitab sucinya bukan penganutnya’.
Penganutnya bisa saja berbuat kesalahan karena memang manusia itu sifanya salah
dan dosa, nabi-nabi saja pernah melakukan kesalahan, apalagi kita yang sifatnya
hanya manusia biasa.
Maka dari itu, tak usahlah heran jika di Arab Saudi juga terjadi
kemaksiatan dan hal-hal yang dilarang, mereka juga sama seperti kita, manusia
biasa. mereka tidak bisa dikatakan lebih baik dari kita yang tidak tinggal di
Arab, bukan itu yang menjadi penilaian Allah kepada hamba-hambanya. Semua
kembali kepada keimanan dan ketakwaan masing-masing individu.
Teruslah
berlomba-lomba dalam kebaikan, siapapun, dimanapun dan kapanpun.Dari Saya Manusia yang Punya Dosa menggunung di masa lalu, dan semoga itu tetap masa lalu, jangan sekarang dan masa depan.