MADE IN TURKEY
Matahari sedang bergegas melambaikan cahayanya yang biasa
manusia sebut itu senja. Aku mengeluarkan seluruh apa yang ada di dalam lemari,
aku sudah lupa kapan terakhir membereskannya. Di hari itu ditemani senja, aku
menemukan kembali kenangan 3 tahun lalu, sebuah kerudung segi empat yang selama
ini aku biarkan berdesak-desakkan di dalam lemari, tapi sedikitpun aku tidak mengeluarkan
ia dari sesaknya isi lemari. Tapi hari itu, aku berhasil dibawanya kembali
menelusuri waktu di masa lalu, tiga tahun lalu saat semuanya masih lengkap
tanpa sebuah perpisahan.
2015
Aku yang beberapa hari belakangan sibuk sekali mengerjakan
tugas akhir strata satu, akhirnya di bulan ramadhan aku bisa melaksanakan
sidang. Aku tidak memberi tau orang rumah bahwa hari itu aku melaksanakan
sidang, seperti biasa aku selalu cuek dengan hal yang seperti itu,
menganggapnya hal biasa saja dan terbukti nilai dan hasil akhir juga keluar
dengan biasa saja, hahah. Aku tidak pernah paham bahwa hal ini menjadi kabar
yang sangat membahagiakan untuk orang tua. Ketika aku mudik menjelang lebaran,
aku berada di tengah obrolan keluarga saat berbuka puasa ramadhan yang beberapa
hari lagi akan berakhir. Aku dengan entengnya mengatakan aku sudah sidang,
itupun karena aku ditanya, mungkin jika tidak ditanya aku tidak akan bilang. Tapi
aku masih ingat sekali, bagaimana nada ayah yang sangat dalam mengucapkan
Alhamdulillah, aku sedikit melirik melihat wajahnya dan aku menemukan seuntai
senyum tulus bahagia dari wajahnya dan lagi-lagi aku menganggapnya biasa saja.
Setelah beberapa hari lebaran, aku langsung berangkat lagi di
tempat rantauan dengan alasan untuk mengurusi ini dan itu yang sebenarnya bisa
saja aku lakukan nanti, mengingat aku sudah selesai sidang. Tapi aku juga ingin
menghadiri beberapa teman-teman yang akan melaksanakan sidang setelah lebaran. Menjelang
wisuda aku tidak sibuk seperti beberapa orang lainnya, yang sibuk mencari baju
atau make up atau apalah itu namanya. Aku pikir itu juga tidak terlalu penting,
aku bahkan hanya meminta saudara tertua untuk meminjamkan kebaya miliknya yang
pernah ia gunakan saat wisudanya dulu. Tapi tetap saja akhirnya kebaya itu
tidak aku gunakkan dan aku malah meminjamkan kepada salah satu teman. Sebelum wisuda
itu aku hanya butuh untuk membeli sepatu dan Handphone. Dirasa amat penting
untuk mengabadikan momen kelulusan, akhirnya saat aku sedang di kampus aku
menghubungi orang rumah dan mengobrol cukup lama dengan Ayah. Aku mengatakan
padanya bahwa aku akan membeli handphone baru dan ayah juga mengizinkan untuk
itu. bahkan ayah juga ingin dibelikan handphone baru tapi waktu itu ayah
mengatakan bahwa ia ingin handphone yang ada keypadnya jangan yang layar
sentuh. Aku hanya tertawa mendengarnya karena sudah jarang sekali handphone yanga ada keypad di produksi. Tapi aku
mengatakan akan mencoba mencarikannya walaupun akhirnya tetap tidak jadi beli
sampai akhirnya beberapa bulan ayah pergi.
Menjelang wisuda itu aku sering mengobrol dengan Ayah via
telepon, aku ingat ayah mengatakan Ayah akan mengajakku jalan-jalan setelah
wisuda, maka dari itu aku disuruh mencari penginapan di sekitar tempatku
tinggal, agar nanti setelah acara, besoknya ayah bisa langsung mengajakku
jalan-jalan. Tapi tempat penginapan yang sudah aku tuju dan dekat sekali dengan
kostan, tidak bisa menerima penginapan pada hari itu, karena akan ada acara
pernikahan, padahal aku sangat berharap sekali keluarga bisa menginap di tempat
itu, karena selain harganya tidak terlalu mahal, tempatnya juga amat strategis
dan keinginanku ini baru terwujud dua tahun kemudian saat ayah sudah tidak ada.
Akhirnya aku mencarinya lagi di tempat lain, lagi dan lagi tidak cocok, tidak
nyaman, terlalu mahal, jauh dari kostan dll masalahnya selalu ada. akhirnya
saat aku memberi tahu ayah, ayah mengatakan tidak usah mencari lagi, karena
ayah memutuskan akan berangkat pagi-pagi dari rumah saat hari H dan setelahnya
akan langsung pulang, jadi nanti jalan-jalanya saat aku sudah di rumah saja. Ah
baiklah tidak apa-apa.
Hari H pun tiba, aku hanya menggunakan gamis Hitam dengan
sebuah kardigan panjang dan kerudung hitam, aku pikir juga nanti aku akan menggunakan
baju toga jadi baju dalampun tidak akan kentara. Saat semua keluarga dari
teman-teman sudah datang, keluargaku belum juga datang, tapi aku juga biasa
saja, toh mereka sudah dalam perjalanan. Saat acara sudah akan selesai katanya
ibu sama ayah sudah di dalam gedung. Aku tidak tau apakah tadi beliau
menyaksikan saat aku naik ke panggung, baiklah tidak apa-apa, yang terpenting
mereka sudah sampai dengan selamat. Acara sudah selesai, acara sesi foto-foto
dengan teman-teman fakultas dan dosenpun sudah selesai, aku langsung keluar
gedung mencari mereka. dan aku melihat mereka sedang menungguku. Aku ingat
wajah ayah, senyum ayah, bahagia ayah dan aku langsung bersalaman dengan
mereka. kemudian aku hanya melakukan foto-foto di halaman gedung, karena orang
sudah tidak terhitung banyaknya. Ayah dan ibu terlihat letih sekali karena
kebetulan mereka sedang berpuasa, akhirnya aku mengajak ke masjid Asrama
tempatku dulu tinggal waktu masih menjadi mahasiswi baru.
Setelah sampai di masjid asrama, keluargaku melaksanakan
solat dhuhur dan setelah nya mereka beristirahat di masjid itu sambil menunggu waktu ashar, karena nanti
bada ashar mereka akan langsung pulang ke rumah. Ayah tertidur di masjid, ayah
pasti sangat lelah. Saat adzan ashar berkumandang, ayah bangun dan langsung
mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat ashar, begitupun dengan ibu dan
yang lainnya. Setelah solah ashar, ayah mengahmpiriku yang sedang duduk juga di
masjid, ayah duduk di depanku. Ayah membuka tas kecil hitam yang sering
dibawa-bawanya, kemudian beliau mengeluarkan sebuah kerudung segi empat dengan
motif bunga-bunga di pinggirnya dan menyodorkannya kepadaku.
‘’ini buat kamu’’ aku mengambilnya dan menelentangkannya, memeriksa bahan dan
motifnya, di kerudung itu ada tulisan MADE IN TURKEY, dan ada bercak menguning
di kerudung yang warnanya putih tulang tersebut. tapi bercak kuning itu wangi,
aku bergumam dalam hati pasti memang sengaja Ayah berikan parfum biar wangi. Karena
pasti kerudung itu sudah lama dibeli, tapi disimpannya untuk ayah berikan
padaku kalau aku wisuda. Mungkin ayah melihat bagaimana mimik wajah aku kala
itu dan ayah sebenarnya paham karena kerudung yang ayah berikan adalah kerudung
dengan motif-motif zaman dulu. Makanya ayah mengatakan ‘’kalau kamu tidak
suka, ga apa-apa disimpan saja’’. Aku hanya tersenyum saja dan melipatnya
kembali.
2018
Kisah di atas selalu membuat aku selalu menangis saat
mengingatnya, kenapa aku tidak berpura-pura bahagia saja saat ayah memberikan
kerudung itu. tapi semua telah berlalu, setelah hari wisuda aku itu 3 bulan
kemudian ayah pergi ke pangkuan gusti Allah. Kerudung itu aku sekali memakainya
saat hari kedua kepergian ayah, setelahnya aku menyimpannya kembali di dalam
lemari berdesak-desakkan. Setelah ayah pergi, aku jadi tahu mengapa ayah
membatalkan untuk menginap di tempat rantauanku, karena sebenarnya beliau
sedang sakit parah. Bahkan katanya saat perjalanan pulang dari mengahdiri
wisudaku, ayah muntah-muntah dan langsung berobat ke dokter dan aku tidak
pernah tau itu. aku terlalu acuh dan tidak peduli. Dan janji ayah untuk
mengajak aku jalan-jalan setelah wisuda itu tidak pernah terjadi, karena waktu
tidak pernah bisa diajak berdiskusi apalagi berdebat.
Aku kembali larut dalam kenangan bersamamu setelah 3 tahun berlalu,
dan kerudung MADE IN TURKEY itu masih selalu aku simpan baik-baik. Terimakasih banyak,
aku lupa mengatakannya saat engkau memberikan itu tiga tahun lalu, maafkan aku karena
ketidakpedulianku. Semoga kelak kita akan berkumpul kembali di surga Allah yang
tenang dan penuh kedamaian, Aamiin.
Lagi lagi penuh lelehan air mata aku menulisnya, ditemani
malam yang semakin memeluk erat.