Kamis, 19 Juli 2018

MADE IN TURKEY


MADE IN TURKEY
Matahari sedang bergegas melambaikan cahayanya yang biasa manusia sebut itu senja. Aku mengeluarkan seluruh apa yang ada di dalam lemari, aku sudah lupa kapan terakhir membereskannya. Di hari itu ditemani senja, aku menemukan kembali kenangan 3 tahun lalu, sebuah kerudung segi empat yang selama ini aku biarkan berdesak-desakkan di dalam lemari, tapi sedikitpun aku tidak mengeluarkan ia dari sesaknya isi lemari. Tapi hari itu, aku berhasil dibawanya kembali menelusuri waktu di masa lalu, tiga tahun lalu saat semuanya masih lengkap tanpa sebuah perpisahan.

2015
Aku yang beberapa hari belakangan sibuk sekali mengerjakan tugas akhir strata satu, akhirnya di bulan ramadhan aku bisa melaksanakan sidang. Aku tidak memberi tau orang rumah bahwa hari itu aku melaksanakan sidang, seperti biasa aku selalu cuek dengan hal yang seperti itu, menganggapnya hal biasa saja dan terbukti nilai dan hasil akhir juga keluar dengan biasa saja, hahah. Aku tidak pernah paham bahwa hal ini menjadi kabar yang sangat membahagiakan untuk orang tua. Ketika aku mudik menjelang lebaran, aku berada di tengah obrolan keluarga saat berbuka puasa ramadhan yang beberapa hari lagi akan berakhir. Aku dengan entengnya mengatakan aku sudah sidang, itupun karena aku ditanya, mungkin jika tidak ditanya aku tidak akan bilang. Tapi aku masih ingat sekali, bagaimana nada ayah yang sangat dalam mengucapkan Alhamdulillah, aku sedikit melirik melihat wajahnya dan aku menemukan seuntai senyum tulus bahagia dari wajahnya dan lagi-lagi aku menganggapnya biasa saja.
Setelah beberapa hari lebaran, aku langsung berangkat lagi di tempat rantauan dengan alasan untuk mengurusi ini dan itu yang sebenarnya bisa saja aku lakukan nanti, mengingat aku sudah selesai sidang. Tapi aku juga ingin menghadiri beberapa teman-teman yang akan melaksanakan sidang setelah lebaran. Menjelang wisuda aku tidak sibuk seperti beberapa orang lainnya, yang sibuk mencari baju atau make up atau apalah itu namanya. Aku pikir itu juga tidak terlalu penting, aku bahkan hanya meminta saudara tertua untuk meminjamkan kebaya miliknya yang pernah ia gunakan saat wisudanya dulu. Tapi tetap saja akhirnya kebaya itu tidak aku gunakkan dan aku malah meminjamkan kepada salah satu teman. Sebelum wisuda itu aku hanya butuh untuk membeli sepatu dan Handphone. Dirasa amat penting untuk mengabadikan momen kelulusan, akhirnya saat aku sedang di kampus aku menghubungi orang rumah dan mengobrol cukup lama dengan Ayah. Aku mengatakan padanya bahwa aku akan membeli handphone baru dan ayah juga mengizinkan untuk itu. bahkan ayah juga ingin dibelikan handphone baru tapi waktu itu ayah mengatakan bahwa ia ingin handphone yang ada keypadnya jangan yang layar sentuh. Aku hanya tertawa mendengarnya karena sudah jarang sekali  handphone yanga ada keypad di produksi. Tapi aku mengatakan akan mencoba mencarikannya walaupun akhirnya tetap tidak jadi beli sampai akhirnya beberapa bulan ayah pergi.
Menjelang wisuda itu aku sering mengobrol dengan Ayah via telepon, aku ingat ayah mengatakan Ayah akan mengajakku jalan-jalan setelah wisuda, maka dari itu aku disuruh mencari penginapan di sekitar tempatku tinggal, agar nanti setelah acara, besoknya ayah bisa langsung mengajakku jalan-jalan. Tapi tempat penginapan yang sudah aku tuju dan dekat sekali dengan kostan, tidak bisa menerima penginapan pada hari itu, karena akan ada acara pernikahan, padahal aku sangat berharap sekali keluarga bisa menginap di tempat itu, karena selain harganya tidak terlalu mahal, tempatnya juga amat strategis dan keinginanku ini baru terwujud dua tahun kemudian saat ayah sudah tidak ada. Akhirnya aku mencarinya lagi di tempat lain, lagi dan lagi tidak cocok, tidak nyaman, terlalu mahal, jauh dari kostan dll masalahnya selalu ada. akhirnya saat aku memberi tahu ayah, ayah mengatakan tidak usah mencari lagi, karena ayah memutuskan akan berangkat pagi-pagi dari rumah saat hari H dan setelahnya akan langsung pulang, jadi nanti jalan-jalanya saat aku sudah di rumah saja. Ah baiklah tidak apa-apa.
Hari H pun tiba, aku hanya menggunakan gamis Hitam dengan sebuah kardigan panjang dan kerudung hitam, aku pikir juga nanti aku akan menggunakan baju toga jadi baju dalampun tidak akan kentara. Saat semua keluarga dari teman-teman sudah datang, keluargaku belum juga datang, tapi aku juga biasa saja, toh mereka sudah dalam perjalanan. Saat acara sudah akan selesai katanya ibu sama ayah sudah di dalam gedung. Aku tidak tau apakah tadi beliau menyaksikan saat aku naik ke panggung, baiklah tidak apa-apa, yang terpenting mereka sudah sampai dengan selamat. Acara sudah selesai, acara sesi foto-foto dengan teman-teman fakultas dan dosenpun sudah selesai, aku langsung keluar gedung mencari mereka. dan aku melihat mereka sedang menungguku. Aku ingat wajah ayah, senyum ayah, bahagia ayah dan aku langsung bersalaman dengan mereka. kemudian aku hanya melakukan foto-foto di halaman gedung, karena orang sudah tidak terhitung banyaknya. Ayah dan ibu terlihat letih sekali karena kebetulan mereka sedang berpuasa, akhirnya aku mengajak ke masjid Asrama tempatku dulu tinggal waktu masih menjadi mahasiswi baru.
Setelah sampai di masjid asrama, keluargaku melaksanakan solat dhuhur dan setelah nya mereka beristirahat di masjid itu sambil menunggu waktu ashar, karena nanti bada ashar mereka akan langsung pulang ke rumah. Ayah tertidur di masjid, ayah pasti sangat lelah. Saat adzan ashar berkumandang, ayah bangun dan langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat ashar, begitupun dengan ibu dan yang lainnya. Setelah solah ashar, ayah mengahmpiriku yang sedang duduk juga di masjid, ayah duduk di depanku. Ayah membuka tas kecil hitam yang sering dibawa-bawanya, kemudian beliau mengeluarkan sebuah kerudung segi empat dengan motif bunga-bunga di pinggirnya dan menyodorkannya kepadaku.
‘’ini buat kamu’’ aku mengambilnya dan menelentangkannya, memeriksa bahan dan motifnya, di kerudung itu ada tulisan MADE IN TURKEY, dan ada bercak menguning di kerudung yang warnanya putih tulang tersebut. tapi bercak kuning itu wangi, aku bergumam dalam hati pasti memang sengaja Ayah berikan parfum biar wangi. Karena pasti kerudung itu sudah lama dibeli, tapi disimpannya untuk ayah berikan padaku kalau aku wisuda. Mungkin ayah melihat bagaimana mimik wajah aku kala itu dan ayah sebenarnya paham karena kerudung yang ayah berikan adalah kerudung dengan motif-motif zaman dulu. Makanya ayah mengatakan ‘’kalau kamu tidak suka, ga apa-apa disimpan saja’’. Aku hanya tersenyum saja dan melipatnya kembali.

2018
Kisah di atas selalu membuat aku selalu menangis saat mengingatnya, kenapa aku tidak berpura-pura bahagia saja saat ayah memberikan kerudung itu. tapi semua telah berlalu, setelah hari wisuda aku itu 3 bulan kemudian ayah pergi ke pangkuan gusti Allah. Kerudung itu aku sekali memakainya saat hari kedua kepergian ayah, setelahnya aku menyimpannya kembali di dalam lemari berdesak-desakkan. Setelah ayah pergi, aku jadi tahu mengapa ayah membatalkan untuk menginap di tempat rantauanku, karena sebenarnya beliau sedang sakit parah. Bahkan katanya saat perjalanan pulang dari mengahdiri wisudaku, ayah muntah-muntah dan langsung berobat ke dokter dan aku tidak pernah tau itu. aku terlalu acuh dan tidak peduli. Dan janji ayah untuk mengajak aku jalan-jalan setelah wisuda itu tidak pernah terjadi, karena waktu tidak pernah bisa diajak berdiskusi apalagi berdebat.
Aku kembali larut dalam kenangan bersamamu setelah 3 tahun berlalu, dan kerudung MADE IN TURKEY itu masih selalu aku simpan baik-baik. Terimakasih banyak, aku lupa mengatakannya saat engkau memberikan itu tiga tahun lalu, maafkan aku karena ketidakpedulianku. Semoga kelak kita akan berkumpul kembali di surga Allah yang tenang dan penuh kedamaian, Aamiin.

Lagi lagi penuh lelehan air mata aku menulisnya, ditemani malam yang semakin memeluk erat.

72 PENYIHIR PUN BERSUJUD

  Akhir tahun yang penuh akan sejarah, selain saya terus membaca perjalanan hidup Nabi Saw. yang ditulis oleh beragam penulis dengan latar b...