Kitab Sunan
Ibnu Majah adalah nama yang bukan diberikan oleh Ibnu majah sendiri, kitab
ini pada mulanya bernama al-Sunan. Untuk mencegah adanya kekeliruan maka
para ulama memberikan kejelasan nama terhadap kitab ini dan pada akhirnya ulama
sepakat agar kitab ini dinisbahkan kepada nama penulisnya yakni Ibnu Majah,
sehingga kitab ini populer di sebut dengan Sunan Ibnu Majah.
Kegemaran
Ibnu majah semenjak kecil akan ilmu hadits membuat ia tak bosan mencari dan
menemukan hadits yang tersebar diberbagai ulama hadits tanpa memandang dimana
ulama hadits itu berada, sehingga berkat ketekunannya pada akhirnya Ibnu majah
menjadi ulama hadits yang sangat masyhur pada zamannya.
Keahlian dalam ilmu hadits ditunjang dengan koleksi
hadits-nya yang sangat banyak membuat ia berkeinginan menyeleksi dan
mengumpulkan (kodifikasi) hadits yang ia terima dari berbagai guru-gurunya yang
tentunya dengan terlebih dahulu adanya upaya penyaringan berdasarkan segi
kualitasnya. Adapun jika dilihat dari motivasi kenapa Ibnu
Majah menyusun kitab hadits diperkirakan sebagai berikut:
Pada masa hidup
Ibnu majah kondisi pada waktu itu adalah puncak atau zaman keemasan dari pada
ilmu hadits hal itu terlihat dari banyaknya pembukuan hadits secara
besar-besaran. Dengan kondisi itu dimungkinkan Ibnu majah pun termotivasi untuk
melakukan hal yang sama.
Secara
umum bisa dilukiskan bahwa kitab Sunan Ibnu Majah dibagi kedalam beberapa
bagian, dan dalam bagian dibagi lagi kedalam beberapa bab. Adz-Dzahabi
berpendapat bahwa Sunan Ibnu Majah memuat 4.000 Hadits yang terbagi menjadi 32
bagian dan 1.500 bab. Dan penrhitungan serupa juga disampaikan oleh Abu Hasan
al-Qattan[1]
(334-415 H).
Dalam
Penyelidikan Fuad Abdul Baqi, jumlah Hadits yang termaktub dalam kitab Sunan
Ibnu Majah adalah 4.321 Hadits yang terbagi kedalam 37 bagian dan 1.515 bab.
Meskipun berbeda Fuad Abdul Baqi dengan Adz-Dzahabi dan Abu Hasan al-Qattan
dalam menghitung jumlah hadits dalam Sunan Ibnu Majah, ini dikarenakan
metode yang digunakan mereka berbeda.[2]
Fuad
Abdul Baqi mengkalsifikasikan hadits yang terkodifokasi dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan tingkat kualitasnya sebagai berikut:
·
428 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori
hadits Shahih.
·
199 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori
hadits Hasan.
·
613 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori
hadits lemah Sanad-nya.
·
99 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori
hadits munkar dan makdzub .
Kitab
Sunan Ibnu Majah terdapat banyak tema. Setiap tema disebut dengan kitab (bab).
Berikut ini untaian kitab (bab) yang terkandung didalamnya.
No
|
Nama Kitab (bab)
|
-
|
Muqaddimah
|
1
|
Kitab Tentang Taharah
|
2
|
Kitab Tentang Shalat
|
3
|
Kitab Tentang Azan
|
4
|
Kitab Tentang Masjid dan Shalat Jama’ah
|
5
|
Kitab Tentang Menegakkan shalat dan Kesunahannya
|
6
|
Kitab Tentang Jenazah
|
7
|
Kitab Tentang Puasa
|
8
|
Kitab Tentang Zakat
|
9
|
Kitab Tentang Pernikahan
|
10
|
Kitab Tentang Perceraian
|
11
|
Kitab Tentang Tebusan (Kafarat)
|
12
|
Kitab Tentang Perdagangan
|
13
|
Kitab tentang Hukum
|
14
|
Kitab Tentang sedekah
|
15
|
Kitab Tentang Zuhud
|
16
|
Kitab Tentang Luqatah (barang temuan)
|
17
|
Kitab Tentang Pemerdekaan Budak
|
18
|
Kitab Tentang Syuf’ah
|
19
|
Kitab Tentang Batas-Batas Hukum (Hudud)
|
20
|
Kitab Tentang denda (diat)
|
21
|
Kitab Tentang Wasiat
|
22
|
Kitab Tentang Kewarisan
|
23
|
Kitab Tentang Jihad
|
24
|
Kitab Tentang Haji
|
25
|
Kitab Tentang Penyembelihan Hewan Kurban
|
26
|
Kitab Tentang Perburuan
|
27
|
Kitab Tentang Makanan
|
28
|
Kitab Tentang Minuman
|
29
|
Kitab Tentang Pengobatan
|
30
|
Kitab Tentang Pakaian
|
31
|
Kitab Tentang Adab
|
32
|
Kitab Tentang Do’a
|
33
|
Kitab Tentang Takwil Mimpi
|
34
|
Kitab Tentang Fitnah
|
Bila
kita perhatikan dengan seksama, sudah tentu tema-tema tersebut merujuk kepada
tema fiqih. Dengan kata lain Sunan Ibnu Majah adalah kitab hadits yang
mayoritas berisi persoalan-persoalan fiqih, meski ada juga hal-hal lain yang
dibahas didalamnya, secara umum bisa dikatakan bahwa tema paling dominan adalah
tema fiqih. Beliau menyusun hadits secara tematik, yakni menyusunnya menurut
kitab atau bab-bab yang berkenaan dengan masalah fiqih.[3]
Kitab
Sunan adalah kitab ke 6 dari Kitab al-Sittah dan telah menjadi pandagan para
ulama muhaditsin, dan posisinya diatas dari kitab Muwat, karena
terdapat hadits-hadits baru (periwayatan dari Ibnu Majah pribadi) yang tidak
ada pada kitab al-Khomsah (Lima Kitab Hadits). berbeda dengan Muwatok
(yang memiliki hadits yang lebih sohih dan telah ada di kitab al-khomsah
lainnya, dan dapat kita kenal dengan nama Kitab Zawaid Ibnu Majah.
Bila
kebanyakan para penulis kitab-kitab fikih yang lain, dimana setelah menulis
hadits, mereka turut memasukkan pendapat para ulama faqih setelah penulisan
hadits. Namun Ibnu Majah sebaliknya. Bilapun ada mungkin hanya sebagian kecil
saja menurut beliau peting.
Pada kitab ini
Ibnu Majah jarang untuk menyebutkan hukum serta alasan hadits yang ia riwayatkan,
baik itu berupa hadits sohih, termasuk do’if pun tidak. Hanya
saja kita hanya dapat melihat lebih lengkap dari ucapan para Ulama lain yang
terletak pada bagian catatan kaki pada kitab, yang disertai tambahan keterangan
dari kitab Zawaid.
Dari segi Rijal
al-Hadits, Ibnu Majah termasuk ulama yang mudah memasukan rijal
al-hadits. Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh periwayat pendusta
dimasukannya dalam kitab Sunan Ibnu Majah. Yang manarik dari kitab Sunan
Ibnu Majah adalah kitab ini memuat hadits-hadits yang tidak dijumpai oleh
pengarang-pengarang hadits sebelumnya yakni : Bukhari, Muslim, Abu Daud,
al-Tarmizi dan al-Nasa‟i. Terdapat 125 nama perawi hadits yang tidak ada pada kitab
al-sittah kecuali pada pada kitab Sunan Ibnu Majah, dan itu dengan berbagai
macam bentuk penilaian jarah wa ta‟dil yang diberikan oleh berbagai kalangan
ulama, seperti :
a. Isma’il bin Ziyah.
b. Harish bin
al-Khirrit.
c. Basyari bin
Kidami.
d. Yusuf bin
Khalid : karena pendusta
e. Muhammad bin
Abd al-Madani: karena pendusta.[4]
Sumber Tulisan: Makalah: Fitriyah Syam'un dan Popon Ruqayah dalam mata Kuliah Kajian Kitab Hadits, Prodi Tafsir Hadits Institut Ilmu Al-Qur'an.
[1] Nama asli Beliau adalah al-Hafiz Imam al-Qudwah Abu al-Hasan bin
Bahar al-Qozwani. Syamsudin bin Abu „Abdullah Muhammad, Tadzkiroh al-Hufaz,
h.156, Beliau juga merupakan sahabat dari Ibnu Majah.
[2] Dzulmani, Mengenal
Kitab-Kitab Hadits. Hlm 115
[3] Dzulmani, Mengenal
Kitab-Kitab Hadits. Hlm 116-117
[4] Dzulmani, Mengenal
Kitab-Kitab Hadits. Hlm 117-118