Kamis, 19 April 2018

Berkenalan dengan Sunan Ibnu Majah


Kitab Sunan Ibnu Majah adalah nama yang bukan diberikan oleh Ibnu majah sendiri, kitab ini pada mulanya bernama al-Sunan. Untuk mencegah adanya kekeliruan maka para ulama memberikan kejelasan nama terhadap kitab ini dan pada akhirnya ulama sepakat agar kitab ini dinisbahkan kepada nama penulisnya yakni Ibnu Majah, sehingga kitab ini populer di sebut dengan Sunan Ibnu Majah.
Kegemaran Ibnu majah semenjak kecil akan ilmu hadits membuat ia tak bosan mencari dan menemukan hadits yang tersebar diberbagai ulama hadits tanpa memandang dimana ulama hadits itu berada, sehingga berkat ketekunannya pada akhirnya Ibnu majah menjadi ulama hadits yang sangat masyhur pada zamannya.
Keahlian dalam ilmu hadits ditunjang dengan koleksi hadits-nya yang sangat banyak membuat ia berkeinginan menyeleksi dan mengumpulkan (kodifikasi) hadits yang ia terima dari berbagai guru-gurunya yang tentunya dengan terlebih dahulu adanya upaya penyaringan berdasarkan segi kualitasnya. Adapun jika dilihat dari motivasi kenapa Ibnu Majah menyusun kitab hadits diperkirakan sebagai berikut:
Pada masa hidup Ibnu majah kondisi pada waktu itu adalah puncak atau zaman keemasan dari pada ilmu hadits hal itu terlihat dari banyaknya pembukuan hadits secara besar-besaran. Dengan kondisi itu dimungkinkan Ibnu majah pun termotivasi untuk melakukan hal yang sama.
Secara umum bisa dilukiskan bahwa kitab Sunan Ibnu Majah dibagi kedalam beberapa bagian, dan dalam bagian dibagi lagi kedalam beberapa bab. Adz-Dzahabi berpendapat bahwa Sunan Ibnu Majah memuat 4.000 Hadits yang terbagi menjadi 32 bagian dan 1.500 bab. Dan penrhitungan serupa juga disampaikan oleh Abu Hasan al-Qattan[1] (334-415 H).
Dalam Penyelidikan Fuad Abdul Baqi, jumlah Hadits yang termaktub dalam kitab Sunan Ibnu Majah adalah 4.321 Hadits yang terbagi kedalam 37 bagian dan 1.515 bab. Meskipun berbeda Fuad Abdul Baqi dengan Adz-Dzahabi dan Abu Hasan al-Qattan dalam menghitung jumlah hadits dalam Sunan Ibnu Majah, ini dikarenakan metode yang digunakan mereka berbeda.[2]
Fuad Abdul Baqi mengkalsifikasikan hadits yang terkodifokasi dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan tingkat kualitasnya sebagai berikut:
·         428 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori hadits Shahih.
·         199 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori hadits Hasan.
·         613 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori hadits lemah Sanad-nya.
·         99 hadits dari 1.339 hadits termasuk dalam katagori hadits munkar dan makdzub .
Kitab Sunan Ibnu Majah terdapat banyak tema. Setiap tema disebut dengan kitab (bab). Berikut ini untaian kitab (bab) yang terkandung didalamnya.

No
Nama Kitab (bab)
-
Muqaddimah
1
Kitab Tentang Taharah
2
Kitab Tentang Shalat
3
Kitab Tentang Azan
4
Kitab Tentang Masjid dan Shalat Jama’ah
5
Kitab Tentang Menegakkan shalat dan Kesunahannya
6
Kitab Tentang Jenazah
7
Kitab Tentang Puasa
8
Kitab Tentang Zakat
9
Kitab Tentang Pernikahan
10
Kitab Tentang Perceraian
11
Kitab Tentang Tebusan (Kafarat)
12
Kitab Tentang Perdagangan
13
Kitab tentang Hukum
14
Kitab Tentang sedekah
15
Kitab Tentang Zuhud
16
Kitab Tentang Luqatah (barang temuan)
17
Kitab Tentang Pemerdekaan Budak
18
Kitab Tentang Syuf’ah
19
Kitab Tentang Batas-Batas Hukum (Hudud)
20
Kitab Tentang denda (diat)
21
Kitab Tentang Wasiat
22
Kitab Tentang Kewarisan
23
Kitab Tentang Jihad
24
Kitab Tentang Haji
25
Kitab Tentang Penyembelihan Hewan Kurban
26
Kitab Tentang Perburuan
27
Kitab Tentang Makanan
28
Kitab Tentang Minuman
29
Kitab Tentang Pengobatan
30
Kitab Tentang Pakaian
31
Kitab Tentang Adab
32
Kitab Tentang Do’a
33
Kitab Tentang Takwil Mimpi
34
Kitab Tentang Fitnah

Bila kita perhatikan dengan seksama, sudah tentu tema-tema tersebut merujuk kepada tema fiqih. Dengan kata lain Sunan Ibnu Majah adalah kitab hadits yang mayoritas berisi persoalan-persoalan fiqih, meski ada juga hal-hal lain yang dibahas didalamnya, secara umum bisa dikatakan bahwa tema paling dominan adalah tema fiqih. Beliau menyusun hadits secara tematik, yakni menyusunnya menurut kitab atau bab-bab yang berkenaan dengan masalah fiqih.[3]
Kitab Sunan adalah kitab ke 6 dari Kitab al-Sittah dan telah menjadi pandagan para ulama muhaditsin, dan posisinya diatas dari kitab Muwat, karena terdapat hadits-hadits baru (periwayatan dari Ibnu Majah pribadi) yang tidak ada pada kitab al-Khomsah (Lima Kitab Hadits). berbeda dengan Muwatok (yang memiliki hadits yang lebih sohih dan telah ada di kitab al-khomsah lainnya, dan dapat kita kenal dengan nama Kitab Zawaid Ibnu Majah.
Bila kebanyakan para penulis kitab-kitab fikih yang lain, dimana setelah menulis hadits, mereka turut memasukkan pendapat para ulama faqih setelah penulisan hadits. Namun Ibnu Majah sebaliknya. Bilapun ada mungkin hanya sebagian kecil saja menurut beliau peting.
Pada kitab ini Ibnu Majah jarang untuk menyebutkan hukum serta alasan hadits yang ia riwayatkan, baik itu berupa hadits sohih, termasuk do’if pun tidak. Hanya saja kita hanya dapat melihat lebih lengkap dari ucapan para Ulama lain yang terletak pada bagian catatan kaki pada kitab, yang disertai tambahan keterangan dari kitab Zawaid.
Dari segi Rijal al-Hadits, Ibnu Majah termasuk ulama yang mudah memasukan rijal al-hadits. Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh periwayat pendusta dimasukannya dalam kitab Sunan Ibnu Majah. Yang manarik dari kitab Sunan Ibnu Majah adalah kitab ini memuat hadits-hadits yang tidak dijumpai oleh pengarang-pengarang hadits sebelumnya yakni : Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tarmizi dan al-Nasa‟i. Terdapat 125 nama perawi hadits yang tidak ada pada kitab al-sittah kecuali pada pada kitab Sunan Ibnu Majah, dan itu dengan berbagai macam bentuk penilaian jarah wa ta‟dil yang diberikan oleh berbagai kalangan ulama, seperti :
 a. Isma’il bin Ziyah.
b. Harish bin al-Khirrit.
c. Basyari bin Kidami.
d. Yusuf bin Khalid : karena pendusta
e. Muhammad bin Abd al-Madani: karena pendusta.[4]


Sumber Tulisan: Makalah: Fitriyah Syam'un dan Popon Ruqayah dalam mata Kuliah Kajian Kitab Hadits, Prodi Tafsir Hadits Institut Ilmu Al-Qur'an.






[1] Nama asli Beliau adalah al-Hafiz Imam al-Qudwah Abu al-Hasan bin Bahar al-Qozwani. Syamsudin bin Abu „Abdullah Muhammad, Tadzkiroh al-Hufaz, h.156, Beliau juga merupakan sahabat dari Ibnu Majah.
[2] Dzulmani,  Mengenal Kitab-Kitab Hadits. Hlm 115
[3] Dzulmani,  Mengenal Kitab-Kitab Hadits. Hlm 116-117
[4] Dzulmani,  Mengenal Kitab-Kitab Hadits. Hlm 117-118

72 PENYIHIR PUN BERSUJUD

  Akhir tahun yang penuh akan sejarah, selain saya terus membaca perjalanan hidup Nabi Saw. yang ditulis oleh beragam penulis dengan latar b...