Ziarah/ The Pilgrimage adalah
buku kedua dari Paulo Ceolho yang saya baca. Tidak jauh berbeda dengan buku The
Alkemist yang saya baca sebelumya, buku ini bercerita tentang seorang yang
melakukan perjalanan spiritual. Novel ini juga sekaligus menjadi perbandingan
saya dalam menelusuri agama-agama di dunia. Banyak sesuatu yang unik dan aneh
ketika membaca buku ini, karena saya menemukan cara-cara untuk mencapai
kespiritualan yang sangat berbeda dengan agama saya (Islam). Tapi Lakum
diinukum wa Liyadiin. Saya meyakini dengan apa yang saya yakini
kebenarannya begitupun dengan mereka yang beragama Non Muslim. Tetapi terlepas
dari itu semua, sedikit banyak ada nilai-nilai yang juga bisa kita terapkan
untuk menjalani kehidupan yang sementara ini. Ketika Paulo mengatakan bahwa
kematian adalah nasihat terbaiknya, saya jadi teringat perkataan Ibnul Qayyim
al-Jauziyyah yang mengatakan bahwa sebaik-sebaik nasihat adalah kematian.
Novel ini sebenarnya sudah
lama sekali terbit, terbit tahun 1987 tahun dimana saya belum lahir dan bahkan
janinpun belum ada di perut ibu. tapi novel ini masih sangat menarik untuk
dinikmati oleh para kaum abad 21. Meskipun novel Ziarah ini novel yang sangat
kental sekali dengan perjalanan spiritual agama Kristen, tapi jujur saya tidak
mempermasalahkannya. Karena dari manapun
kita dapat mengambil sebuah pelajaran tanpa harus menukar dengan apa yang sudah
kita yakini kebenarannya. Selain itu Novel ini juga bisa menjadi referensi buat
teman-teman yang mengambil jurusan Perbandingan Agama, agar bisa dibuat
perbandingan dalam melakukan penelitiannya.
Konon cerita dalam novel ini
adalah cerita asli dari perjalanan spiritual Paulo Coelho. Karena ketika itu
Paulo yang sedang melakukan perjalanan dalam pencarian pedangnya. Ketika itu ia
mendapat nasihat dari pemandunya, agar setelah melakukan perjalanan spiritual
tersebut, para penziarah diharuskan mengabadikannya entah dalam bentuk lukisan
atau apapun. Dan Paulo memilih untuk mengabadikannya dengan tulisan yang
kemudian menjadi sebuah novel.
Ada yang membuat saya
meringis dan aneh, ini hanya opini saya pribadi tidak ada maksud menyudutkan
keyakinan siapapun. Ketika berselancar di novel ini, saya merasa sangat kasihan
dengan Paulo yang ingin mengapai Spiritual tapi harus banyak merasakan hal-hal
yang menyiksa fisik sendiri. Mungkin memang sesuai dengan keyakinan mereka
bahwa Yesus yang mereka anggap sebagai anak Tuhan juga telah merasakan
penderitaan yang sangat luarbiasa sampai harus disiksa hingga akhirnya disalib. Tapi terlepas
dari pikiran saya yang merasa aneh, masih banyak pelajaran-pelajaran yang dapat
diambil. dan usaha mereka untuk mencapai
spiritual yang tinggi juga tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh
orang-orang Islam, hanya saja dengan keyakina dan cara yang berbeda.
Baiklah itu saja, jika
penasaran dengan novelnya silahkan beli Online, karena saya tidak menemukan di Gramedia2 yang sudah saya kunjungi. Terimakasih