Minggu, 03 Februari 2019

Najib Mahfudz (Karnak Cafe)


Alhamdulillah setelah cukup lama saya tidak me-Review Novel yang baru saya baca, akhirnya sekarang saya ingin me-Review kembali salah satu Novel dari Najib Mahfudz salah seorang sastrawan dari negeri Piramida. Ini kali pertama saya berkenalan dengan Novel beliau yang berjudul Karnak Cafe, sebuah kafe dengan obrolan-obrolan Politik Mesir pada pertengahan abad ke-20.

Sebelum membahas lebih lanjut terkait Novel tersebut, saya akan sedikit memperkenalkan siapa Najib Mahfudz, mungkin di dunia para Sastrawan, nama Najib Mahfudz sudah tidak asing lagi . tapi di sini saya akan sedikit menulis tentang siapa Najib Mahfudz. Najib Mahfudz lahir pada tahun 1911 M dan wafat pada tahun 20016 M. Beliau adalah sastrawan Mesir terkenal, peraih Nobel Sastra  pada tahun 1988 M.  Najib mulai menulis sejak usia tujuh belas tahun. Debut novelnya terbit pada tahun 1932 dan lebih dari sepuluh novel telah ia tulis sebelum revolusi 1952-era dimana Najib berhenti menulis untuk beberapa tahun. Pada tahun 1957, Najib menerbitkan Trilogi Kairo (Bayn al-Qashrain, Qashr al-Syawq, al-Sukkariyyah). Yang melambungkan namanya di seantero dunia Arab. Berkat  karya trilofi itu, ia dikenal sebagai pengamat kehidupan masyarakat Urban Nasional. Setelah lama tidak menciptakan karya, Najib mulai menulis lagi. di era pasca Revolusi 1952 itu, ia kerap menyusupkan pandangan politiknya secara terseblubung dalam wujud kiasan dan simbol di setiap tulisannya. Najib Mahfudz telah menulis hampir 40 Novel sekaligus ratusan cerpen, itu artinya saya baru mencicipi titik yang di buat oleh Najib Mahfudz, belum berkelana ke titik-titik lainnya yang masih banyak.

Dalam Novel Karnak Cafe ini, Najib Mahfudz memang sedang menggambarkan bagaimana kritisnya dunia Mesir pada masa-masa menjelang revolusi, bahkan para segolongan pemuda yang dituduh dan terlibat dalam pergerakan menentang Revolusi mendapatkan penyiksaan yang sama di penjara. Saya jadi ingat sekali dengan apa yang terjadi dengan para tokoh Ikhwanul Muslimin, tidak memandang anggota laki-laki atau perempuan, semuanya mendapatkan penyiksaan yang sama. Dan organisasi Ikhwanul Muslimin itu dianggap sebagai organisasi yang menentang Revolusi. Bahkan dalam novel itu diceritakan seorang pemuda ditangkap karena memiliki jenggot yang di identitaskan sebagai anggota dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Para pengkaji dunia Islam, tentu tidak asing dengan nama Sayyid Quthb semoga allah merahmatinya, beliau dihukum mati karena dianggap menentang pemerintahan yang kala itu sangat menganut sistem barat. Tapi di sini saya tidak akan membahas panjang lebar bagaimana getirnya Mesir pada masa-masa itu. kembali ke Novel Karnak Cafe, Karnak Cafe dijadikan sebuah basecamp para pemuda-pemuda dengan semangat yang tinggi dalam mengkritisi pemerintah Mesir ketika itu, sehingga menyebabkan sebagiannya harus merasakan penyiksaan di dalam penjara. Ah betapa terbatasnya kebebasan mereka dalam mengemukakan opini terhadap negerinya sendiri. Dalam novel ini ada sebuah prosa yang dikatakan Khalid Safwan yang ketika itu sudah dipecat dari kepolisian dan berkenginan bergabung dengan pemuda-pemuda yang berada di Karnak Cafe, padahal tahun-tahun sebelumnya Khalid adalah salah satu atasan yang melakukan penyiksaan terhadap beberapa pemuda di Karnak Cafe.

Kepolosan di desa,
Nasionalisme di kota,
Revolusi dalam kegelapan,
Sebuah kursi memancarkan kekuatan tak terbatas,
Sepasang mata gaib mengungkapkan kebenaran,
Sesuatu yang hidup sedang sekarat,
Dan sebuah mikroba tak kasat mata berdenyut dalam kehidupan.

Selain itu tokoh utama ‘AKU’ di dalam novel ini tidak disebutkan siapa namanya, sampai akhir ia hanya menyebut dirinya ‘AKU’. Sekian review dari saya tentang Novel ini, bagi yang penasaran bagaimana keadaan Mesir pada masa itu, silahkan membaca Novel ini, kemudian bisa dilengkapi dengan buku-buku sejarah atau para tokoh-tokoh pergerakan yang berjuang melawan Pemerintahan Mesir. Sekian dan Terimakasih.

72 PENYIHIR PUN BERSUJUD

  Akhir tahun yang penuh akan sejarah, selain saya terus membaca perjalanan hidup Nabi Saw. yang ditulis oleh beragam penulis dengan latar b...