‘Jangan mengaku sebagai ummat Muhammad, kalau
nama ayah ibunda beliau saja kita tak tau’
Saya melihat fenomena keadaaan saat ini
adalah ketika saya bertanya pada pelajar-pelajar tentang sejarah kehidupan
Rasulullah saw atau yang paling gampangnya surat apa yang di dalam Al-Qur’an menggambarkan
peristiwa kelahiran nabi dan kalian pasti paham apa jawaban dari mereka,
makanya saya harus membuat tulisan ini. Setiap tahun sekali, mereka ikut andil
memeriahkan kelahiran Nabi saw, tapi mereka luput akan nilai-nilai pelajaran
terbesar dari kehidupan Nabi saw. Mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah
karena mereka tidak mau tau dan dirasa tidak perlu tau. mereka-mereka juga
tidak gemar membaca buku-buku sejarah, padahal itu sejarah baginda nabi saw,
yang dengannya kita bisa merasakan Islam yang disebarkan 1400 tahun yang lalu.
Perintah pertama yang diturunkan oleh Allah
melalui malaikat Jibril as kepada Nabi saw adalah Iqra’, lantas kenapa kita
sebagai umatnya malas untuk membaca? Ada sebagian dari mereka yang mengatakan
bahwa dirinya tidak suka membaca. Bagi saya membaca bisa dilakukan oleh siapa
saja, bahkan termasuk mereka yang tidak hobi membaca. Jika ingin
mempunyai kesukaan dalam membaca, mulailah membaca Al-Qur’an, dapat ilmu dan
dapat pahala di setiap huruf yang kita ucapkan. Setelahnya mulailah membaca
buku-buku novel atau bacaan apalah yang membuat kalian bisa menikmati dan
menghayatinya, tentunya bacaan yang
nilainya positif. saya sendiri lebih menyukai buku-buku semacam Novel, komik atau buku sejarah, dan dari situlah saya mulai belajar untuk membaca buku-buku yang lainnya.
Jika kalian malas membaca buku kisah nabi saw
dalam bentuk buku bacaan biasa, saya sarankan untuk membaca novel biografi
karya Tasaro GK di atas. Novel biografi
tersebut ada dalam 4 jilid yang lumayan tebal. tapi jujur novel ini sudah
banyak memberikan perkembangan spritual yang sangat luar biasa kepada diri
saya, bahkan di tengah-tengah saya membaca novel biografi tersebut, dengan
deraian air mata saya bergumam “ini bisa menjadi amal jariyyah penulisnya”.
Bagaimana tidak, bahasa yang digunakan penulis sungguh amat sangat luar biasa,
mampu membuat pembacanya seolah-olah hadir di kehidupan baginda nabi saw kala
itu. seperti sama-sama berjuang, bahkan benar-benar merasa kehilangan saat
waktu kewafatan nabi saw tiba. Setelah membaca novel itu, saya makin banyak
bermuhasabah diri “saya ini umat Muhammad macam apa, sunnah jarang sekali
saya lakukan, akhlak Nabi saw yang subhanallah mulianya jarang saya terapkan
dalam kehidupan saya sehari-hari. lantas atas dasar apa ketika saya setiap satu
tahun sekali merayakan kelahiran beliau, kalau saya sendiri sangat jauh gaya
hidupnya dengan gaya hidup yang telah beliau ajarkan” Allahumma Sholli ala Muhammad.
Awal mula saya tau novel biografi ini adalah
ketika tiga tahun lalu, tapat tahun 2015 salah satu teman saya mengatakan bahwa
ada novel biografi bagus sekali. Selain menceritakan kisah nabi saw, ada juga
tokoh fiksi yang di masukan dalam novel tersebut. Saya memang cukup antusias
ketika mendengarnya, ketika suatu hari saya ke Gramedia saya melihat novel itu,
anehnya saya tidak membelinya. Saya Cuma
bilang “oh ini novel yang waktu itu diceritakan teman saya”. Bahkan beberapa
kali ke Gramed, saya tidak membelinya. Saya mulai membelinya ketika saya ke
Gramedia bulan September 2017, entah kenapa saya baru membelinya saat itu dan
itu saya hanya membeli jilid 1, karena saya pikir pemanasan dulu lah kalau
bagus nanti beli lagi dan faktor kanker juga sih (kantong kering). Ketika saya
sudah belipun saya tidak langsung membacanya, masih awet dengan segelnya
beberapa hari di meja kecil di kamar kostan. Hingga kemudian saya
membacanya, di awal-awal membaca yang saya rasakan adalah bingung. Saya merasa
bahasanya tinggi sekali, saya yang biasa baca novel sambil dengerin musik,
kalau yang ini tidak. karena kalau sambil dengerin musik jadi tidak conect. Tapi
lama-kalamaan saya terbisa dengan bahasanya, bahkan di dalam novel tersebut
juga dikatakan, “semakin tinggi nilai sebuah bacaan tersebut, semakin sulit
pula untuk dipahami” (kurang lebih seperti itu lah kata-katanya).
Saya menghabiskan novel jilid pertama itu
kurang lebih satu bulan, lama sekali bukan hehe. Tapi setelah menghabiskan
jilid 1 yang banyak menguras air mata, saya langsung pesan jilid 2 via online,
dan seterusnya sampai jilid ke-4. karena
saya sudah mulai terbisa, akhirnya saya bisa membaca novel ini dengan diiringi
alunan lagu. Apa yang saya rasakan kala itu adalah bahwa saya benar-benar
merindukan Rasulullah saw, ingin bertemu dan minta maaf, tapi saya malu dengan
segunung dosa yang sudah saya lakukan. Sungguh ini novel biografi yang
mengantarkan pembacanya agar lebih mencintai Nabi kita Muhammad saw. Novel jilid
1-3 semuanya menguras air mata, tetapi di jilid 4 saya tidak menangis sama
sekali, bahkan saya selalu gebrak meja karena saya terbawa marah dengan suasana
umat Islam setelah sepeninggal khalifah Umar bin Khathab ra, belum lagi pada
masa Khalifah Ali ra terjadi perang saudara, fitnah benar-benar terjadi di
mana-mana. Islam seperti terpecah belah hanya karena berbeda Ijtihad, dan peperangan
karena perbedaan ijtihad itulah yang menjadi lubang besar masuknya orang-orang
zindiq untuk menghancurkan Islam. Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada
masa sekarang, kiranya memang kita harus banyak belajar lagi, bahwa sebenarnya
kehancuran itu lebih dominan dilakukan karena ulah tangan sendiri, buka orang
lain. seperti apa yang dikatakan baginda Nabi saw setelah pulang dari perang
melawan orang Kafir “setelah ini kita akan menghadapi perang besar (hawa
nafsu)”.
Saya haturkan terimakasih banyak kepada Penulisnya
yang sudah membangkitkan nilai kesadaran dalam diri pembaca khususnya saya
sendiri, semoga ini menjadi ladang amal jariyyah yang tidak akan pernah
terputus.
*perlu diketahui sedikit juga, bahwa di novel
ini ada tokoh Fiksi bernama Kashva, yang kisahnya juga sangat menarik untuk di
baca. ini novel pertama yang membuat saya sampai lupa makan dan tidur, tapi
alhamdulillah tidak lupa solat dan mengaji ^_^