Sendiri terkadang sepi, tapi menyepi adalah hal yang amat disenangi.
Menyepi baginya harus sendiri, tidak ada hewan-hewan berakal di
sekitar.
Berjalan di bawah awan yang semakin terang,
Menatapi wajah-wajah yang semakin riang di keramaian.
dirinya amat suka menyepi tapi tak suka sunyi
dan selalu menginginkan bunyi
Benar-benar bunyi
Pada malam yang kesekian kali ia terbangun dengan keringat
bercucuran, suhu badan yang kian dingin dan ia mulai memeluk kepalanya erat. ‘tidak
apa, tidak apa ini hanya ketakutan’. dirinya untuk kesekian kali juga harus
berbaring lagi dan menghidupkan laptop , membiarkan orang-orang dalam laptop
itu berbicara sampai pagi, sampai hatinya yakin bahwa dirinya sudah memasuki
hari baru dan akan menyambut matahari terbit.
Beberapa orang di bumi mengalami kecemasan yang kian hari kian
menggerogoti mental tanpa pernah ampun. Mengikis setiap harapan yang sudah lama
bersemayam dalam jiwanya dengan perlahan. Dirinya menangis dengan suara
isakannya yang tertahan, di ruangan yang menurutnya seperti sebuah kenyamanan
dan kebahagiaan dan di sanalah ia memupuk harapan itu kembali, meski beberapa
samurai sudah bersiap-siap memotongnya tanpa pernah peduli.[]