Senin, 07 Mei 2018

Wajah Gurun Pasir

Saya baru saja selesai membaca sebuah Novel yang banyak memberikan pencerahan buat saya yang sedang menulis tentang “Arab dan Non Arab”. Karena memang agak janggal ketika saya menulis tentang orang-orang bangsa Arab, tapi saya sendiri belum pernah menyaksikan secara nyata bagaimana keadaan di sana. Jadi novel karya Fuad Abdurrahman yang berjudul Pelukis Gurun Pasir  ini menjadi referensi buat saya tentang bagaimana masyarakat Arab di sana.
Seorang laki-laki bernama Prasetyo yang kerja di kota Zulfi, Arab saudi sebagai pelukis. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan menjadi guru di negaranya Indonesia, karena melihat bagaimana rapuhnya sistem pendidikan di Indonesia. Tapi bukan berarti ia memutuskan untuk tidak menjadi seorang pendidik, ia hanya ingin menggali kembali hobinya sebagai penulis dan pelukis.
Dari cerita penulis dalam novelnya tersebut, Pras menyaksikan sesuatu yang selama ini tidak terfikir olehnya. Di sana juga terdapat banyak kasus seperti Homosex dan perbuatan-perbuatan haram lainnya. Jadi intinya orang Arab itu kalau sudah begundal ya sangat begundal, mungkin karena memang titisannya Abu Jahal. Tapi mereka kalau sudah baik, tidak tanggung-tanggung baiknya, segala apapun mereka berikan, tidak berat tangan. Media di sanapun sangat ketat, maka dari itu kita jarang mendengar hal yang tidak selayaknya tentang negara Arab. Sekalinya ada berita tentang di bukanya sebuah tempat perjudian macem casino di Arab Saudi, banyak yang tidak percaya bahkan menganggap itu merupakan Hoax. Jadi alasan mengapa saya menulis ini adalah karena ketika saya menggapi berita tentang tempat perjudian besar di Arab Saudi, saya berkomentar begini “Manusia di Arab saudi juga sama dengan manusia di Indonesia. Manusia di sana belum tentu lebih baik dari manusia yang ada di Indonesia. Maka dari itu Allah sebutkan berkali-kali dalam Al-Qur’an kata Innallaha Alimun bidzatishuduur”. Karena komentar ini ada sebagian orang yang tidak setuju dan tetap fanatik bahwa Arab Saudi adalah negara Islam yang penghuninya suci-suci. Padahal mereka ya sama seperti kita, sama-sama manusia. bahkan uniknya di dalam novel tersebut di jelaskan beberapa perbedaan Islam di Indonesia dan di Arab, kalian bisa membacanya sendiri. Dan itu makin membuka cakrawala kita, ternyata memang siapapun pasti butuh Islamisasi lagi, bahkan negara Arab sekalipun yang merupakan tempat lahirnya Islam. Bukan tanpa alasan mengapa Allah menempatkan rasul terakhir di negara Arab saudi, karena memang Arab Saudi sebelum datangnya Islam, menjadi negara dengan kejahiliyyahan dan kebobrokannya.
Negara Arab menjadi negara terakhir yang melahirkan seorang manusia mulia  penutup para Nabi. Negara Arab menjadi negara yang selalu dikunjungi umat Muslim seluruh dunia, karena di dalam nya ada dua kota suci Makkah yang merupakan kota kelahiran sang Nabi dan Madinah yang merupakan kota dimakamkannya sang Nabi. Makkah dan Madinah tentu menyimpan banyak sejarah perjuangan Nabi dan para sahabatnya dalam menyebarkan Diinul Islam. Bermula di Makkah sampai kaum kafir semakin genting menyiksa Nabi dan para sahabatnya, hingga Akhirnya Nabi memutuskan untuk hijrah ke Madinah, hingga bertemulah dua golongan Muhajiriin dan Anshor dalam naungan persaudaraan Islam yang Rahmatalil Alamiin. Semoga suatu saat nanti Allah perkenankan kita beribadah ke dua kota suci tersebut, aamiinn
Selain ada manusia mulia tersebut, di Makkah dan Madinah atau negara Arab tentu ada manusia yang sebaliknya. Manusia yang memusuhi Nabi dan menghalangi jalan dakwah Nabi, ada manusia yang masih dalam kemaksiatan dan kesesatan. Karena tugas Nabi hanyalah menyampaikan, sedangkan Hidayah Allah lah yang memberikan.
Apakah manusia-manusia yang tingal di Arab Saudi lebih suci dari manusia-manusia yang bukan non Arab (A’jam). Tentu tidak! bukankah kita semua sama-sama manusia, yang sama-sama dikaruniai akal dan hawa nafsu. Bukankah yang membedakan manusia di mata Allah adalah ketakwaaanya, Allah selalu katakan dalam Al-Qur’an kalimat ‘Allahu Alimum Bidzatis Shuduur’ hati itu urusan Allah yang maha tahu.
Banyak negara-negara dengan mayoritas Muslim di dunia sebenarnya masih membutuhkan Islamisasiseperti yang dikatakan Muhammad Abduh “saya melihat Islam di eropa, tapi tidak ada muslim di dalamnya”. Artinya nilai-nilai Islam telah diterapkan Eropa, seperti akhlak, kebersihan, kedisiplinan, semangat belajar dll, tapi sayangnya kebanyakan dari mereka tidak berTuhan. Sebaliknya sebut saja Indonesia yang mayoritas Muslim, tapi sedikit di temukan Islam di dalamnya, masih banyak yang mengabaikan hal-hal kecil seperti disiplin, menjaga kebersihan, semangat belajar dan bahkan di Indonesia ini seperti krisis Moral dan akhlak, padahal hal tersebut merupakan nilai-nilai dasar Islam yang harus diterapkan.  Seandainya kita satukan Islam itu ke dalam diri Muslim dengan benar-benar maka akan tercipta Islam rahmatal Lilalamiin yang sesuai dengan baginda Nabi saw ajarkan.
Benar adanya dengan apa yang sudah dikatakan Dr Zakir Naik ‘jika engkau ingin mengenali agama, kenali kitab sucinya bukan penganutnya’. Penganutnya bisa saja berbuat kesalahan karena memang manusia itu sifanya salah dan dosa, nabi-nabi saja pernah melakukan kesalahan, apalagi kita yang sifatnya hanya manusia biasa.
Maka dari itu, tak usahlah heran jika di Arab Saudi juga terjadi kemaksiatan dan hal-hal yang dilarang, mereka juga sama seperti kita, manusia biasa. mereka tidak bisa dikatakan lebih baik dari kita yang tidak tinggal di Arab, bukan itu yang menjadi penilaian Allah kepada hamba-hambanya. Semua kembali kepada keimanan dan ketakwaan masing-masing individu.
Teruslah berlomba-lomba dalam kebaikan, siapapun, dimanapun dan kapanpun.

Dari Saya Manusia yang Punya Dosa menggunung di masa lalu, dan semoga itu tetap masa lalu, jangan sekarang dan masa depan.

72 PENYIHIR PUN BERSUJUD

  Akhir tahun yang penuh akan sejarah, selain saya terus membaca perjalanan hidup Nabi Saw. yang ditulis oleh beragam penulis dengan latar b...