“Ketahuilah,
bahwa hatimu itu laksana bejana maka perhatikanlah apa yang hendak kau isi ke
dalamnya. Kenalilah duniamu, lalu letakkanlah ia di belakangmu, karena dunia
bukanlah negerimu dan bukan pula sebagai tempat yang abadi bagimu. Ia hanya
sekedar sarana dan perantara untuk mencapai kebahagiaan hidup yang abadi saat
engkau Kembali kepada Tuhan. Teguhkanlah dirimu dengan penuh kesabaran untuk
membebaskan diri dari dosa. Wahai Musa, bersungguh-sungguhlah engkau dalam
menuntut ilmu jika engkau benar-benar ingin mendapatkannya, karena ilmu hanya
akan didapatkan oleh orang yang sangat serius untuk mendapatkannya. Janganlah engkau
banyak bicara karena merasa banyak memiliki ilmu, karena dengan banyak bicara
maka wibawa ulama menjadi sirna dan keburukan orang-orang yang tidak paham
menjadi terbuka.
Bersikaplah
sederhana dan bersahaja, karena hal itu merupakan keselarasan dan keselamatan. Berpalinglah
dari orang-orang bodoh, bersikap bijaklah dan bersabar dalam menghadapi mereka,
karena hal itu merupakan sikap orang-orang yang bijak dan perhiasan para ulama.
Jika engkau dicaci maki oleh orang bodoh maka diamlah dengan penuh kesabaran
dan menghindarlah darinya. Jika tidak, engkau akan tertular olehnya, bahkan bisa
jadi lebih parah darinya.
Wahai
putra Imran, janganlah engkau melihat dirimu merasa telah diberi ilmu, melainkan
hanya secuil. Janganlah engkau membuka pintu jika engkau sendiri tidak tahu
cara menutupnya. Jangan pula engkau menutupnya jika engkau sendiri tidak tahu
cara membukanya.
Wahai
Putra Maryam, barangsiapa yang ambisi dan kecintaannya kepada dunia tidak
pernah ada habisnya sementara ia tidak memandang hina dan tertekan oleh hawa
nafsu dunia, maka bagaimana ia bisa menjadi orang yang zuhud? Akankah orang
yang dikuasai oleh nafsunya dapat melepaskan diri dari jeratan kejahatannya? Lalu,
bagaimana mungkin menuntut ilmu itu berguna baginya sedangkan ia selalu saja
melakukan Tindakan-tindakan yang bodoh? Sungguh, ia menganggap dirinya sedang
menelusuri jalan menuju akhirat, padahal sebenarnya ia sedang berjalan untuk
menghamba kepada dunia.
Wahai
Musa, berlajarlah ilmu untuk engkau amalkan. Janganlah engkau mempelajarinya
hanya untuk debat dan dialog omong kosong, agar ilmu itu dapat menjadi Cahaya penerang
bagi dirimu dan orang lain. Wahai Musa, jadikanlah zuhud dan takwa sebagai
pakaianmu, ilmu dan zikir sebagai kata-katamu. Perbanyaklah melakukan kebaikan,
karena engkau tidak bisa terhindar dari keburukan. Jadikanlah hatimu merasa
takut kepada Tuhan, karena dengan hal itu Tuhanmu akan Ridha kepadamu. Kerjakan
amal-amal yang baik, karena engkau tidak bisa menghindarkan diri dari keburukan.
Aku telah memberikan nasihat ini kepadamu, hendaklah engkau selalu menjaganya.
Sumber
: Ibnu Katsir, Kisah para Nabi, Terj, Saefullah MS.