Firdaus adalah salah satu tokoh yang diceritakan dalam novel karya
seorang Feminis dari Mesir ‘Nawal el Shadawi’. Dalam buku ini disebutkan bahwa kisah di
dalamnya merupakan kisah nyata dari salah satu seorang pelacur yang dihukum
mati karena membela kehormatannya. Mungkin aneh mendengar seorang pelacur
membela kehormatan, tapi memang itulah faktanya. Seorang pelacur juga manusia
yang perlu dimanusiakan dengan cara mengeluarkan ia dari pekerjaannya tersebut.
Kita tentu tidak bisa menghakimi seseorang karena pekerjaannya tanpa tau latar
belakang apa yang mendorongnya melakukan pekerjaan tersebut. novel ini memang menggambarkan laki-laki itu adalah sosok yang hanya ingin menang
sendiri, bahkan ketika membaca ini saya beranggapan bahwa pemikiran agama sebagian
lelaki mesir sangat sangat kolot dan primitif, karena selalu mendiskriminasikan
perempuan.
selain dari kisahnya yang menarik, nilai plus dari novel ini adalah ukurannya. ukuran novelnya tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil, sehingga sangat nyaman untuk dibaca dimana-mana. Setelah membaca novel ini, saya jadi ingin berpuisi untuk sosok Firdaus.
selain dari kisahnya yang menarik, nilai plus dari novel ini adalah ukurannya. ukuran novelnya tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil, sehingga sangat nyaman untuk dibaca dimana-mana. Setelah membaca novel ini, saya jadi ingin berpuisi untuk sosok Firdaus.
Engkau ingin terhomat.
Lantas menjual kehormatan untuk mendapat kehormatan.
Perputaran roda yang sangat memilukan,
Ketika uang menjadi tuhan.
Lelaki seperti setan,
Menindas perempuan dengan kutukan dan cacian.
Aku pilu membacanya,
Apalagi merasakannya.
Firdaus aku tak akan menghakimi,
Karena aku dan engkau sama-sama seorang murid di bumi.
Biarkan Tuhan yang mengisi nilai Raportmu,
Dan aku juga menunggu hasil nillai Raportku.
Terimakasih keberanianmu, membuatku menjadi sangat malu.
Selamat membaca Novel Perempuan di titik Nol by Nawal el
Shadawi, semoga semakin membuka mata hati, agar kita tak perlu repot-repot
menghakimi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar