Afghanistan.
Salah satu negara yang tidak terlalu banyak saya ketahui keadaannya, hanya
sedikit saja yang membuat saya teringat Afghanistan yaitu negara yang rawan
peperangan, tidak maju, terbelakang dan yang paling saya ingat adalah para
pejuangnya yang menamakan diri sebagai pejuang Taliban.
Ketika
saya membaca novel ini dan sang penulis menggambarkan wajah asli Taliban, dalam
hati saya sangat bersyukur bahwa Indonesia tidak diselamatkan oleh
pejuang-pejuang seperti Taliban yang kebiasaannya hanya memutar tasbih dan
melantunkan ayat-ayat suci yang tidak mereka pahami maknanya. Seorang pejuang
yang selama ini saya menganggapnya sebagai penyelamat negara Afghanistan, tapi
nyatanya setelah itu mereka menguasai rakyat-rakyat kecil dan berlaku seperti
binatang dengan mengatasnamakan Agama. mereka mempunyai Syariat Taliban tapi
mengakuinya sebagai bagian dari Syariat Islam dan siapapun yang bertentangan
dengan Taliban maka wajib dihukumi mati dengan cara di lempari batu di sebuah
lapangan sepak bola. Ah membayangkan saja sudah sangat miris dan mengerikan,
anak-anak di sana kelaparan dan banyak dari mereka kehilangan orang tua karena
sebuah serangan bom dan yang sangat menyakitkan adalah adanya sebagian dari
mereka yang menjual anggota tubuhnya untuk memenuhi perutnya dan perut keluarganya
di rumah.
Novel
ini benar-benar sangat amat menarik hati dan air mata saya ketika membacanya,
penuh emosi dan sangat mengharukan. Novel yang berjudul The Kite Runner
milik Khlaed Hosseini telah menjawab sebagian dari diri Afghanistan dan Taliban. Novel ini terbit
tahun 2003 dan saya sangat terlambat membacanya di tahun 2019, tapi keterlambatan
ini tidak mengubah apapun karena kisahnya yang sangat bisa dinikmati oleh semua
kalangan umur.
Novel
ini tebalnya lebih dari 400 lebih halaman, beberapa lembaran yang saya nikmati
dari kalimat-kalimatnya sudah mampu membuat saya menangis tersedu sedan. Kisah
Afghanistan, Kabul, Hasan dan Amir, Baba, Ali, layang-layang, persahabatan,
penghianatan, perlindungan, kesetiaan, kekerasan dan penyesalan. Tokoh utama
yang bernama Amir membuat saya sangat marah pada awalnya, tapi saya rasa memang
wajar karena pada bagian cerita yang membuat saya marah pada Amir adalah ketika
Amir masih seorang anak kecil.
Sungguh
saya tidak menyesal membelinya, banyak pelajaran yang sangat menampar untuk
kita yang hidup nyaman dan tentram di Indonesia. Penasaran dengan bukunya,
langsung saja beli di Web Mizan secara Online atau Offline dan selamat
menikmati wajah Taliban yang sesungguhnya.