Minggu, 15 Februari 2015

Kitab Kajian Hadis di Indonesia (Makalah Fitriyah & Syiar Ni'mah)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hadis sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an menjadi penting untuk dikaji dan dipelajari secara intensif oleh umat Islam, khususnya para muslim yang bermukin di Indonesia. Pengkajian hadis ini dirasa perlu mengingat Indonesia bukanlah bangsa yang faham bahasa hadis yaitu bahasa Arab. Tak hanya itu yang mendasari perlunya pengkajian ini, tapi agar hadis yang beredar tidak difahami sebelah mata oleh siapapun, juga agar mereka yang berdalih dengan hadis tidak salah pilih sehingga tidak terjadi ketimpangan hukum.
Meski indonesia jauh dari pusat dimana hadis ini bertumbuh kembang pada mulanya, jauh dari tempat dimana Rasulullah saw sebagai sandaran utama hadis ini berada. Tapi kita wajib bersyukur karena kita memiliki banyak ulama yang memberikan pengabdiannya dalam bidang hadis, sebutlah misalnya Kiai besar Imam Nawawi Al-Bantani, Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Mahfudz Al-Tirmasi dan banyak lagi para Kiai besar hadis yang kemudian muncul pada abad modern.
Melihat peluang besar yang dimiliki Indonesia dengan beberapa karya dalam bidang hadis yang dilahirkan dari tangan-tangan para ulama. Saat ini beberapa karya para ulama ini dikaji di berbagai tempat, khususnya pada lembaga-lembaga Islam termasuk di dalamnya pesantren yang memang berpotensi lebih untuk pengkajian ini. selanjutnya di dalam makalah ini sedikit akan kami paparkan mengenai kitab-kitab kajian hadis di Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
Ø  Kitab kajian hadis apa sajakah yang dihasilkan oleh ulama Indonesia?

C.    Tujuan Masalah
Ø  Mampu mengetahui kitab-kitab hadis karya ulama Indonesia





BAB II
PEMBAHASAN
            Dalam tinjauan sejarah, kajian hadis di Indonesia telah dimulai sejak abad ke 17 dengan ditulisnya beberapa kitab Hadis oleh ulama-ulama Indonesia antara lain oleh Nuruddin al-Raniri, Abdur Rauf al-Sinkili, Mahfudz al-Tirmasi, Hasyim Asy’ari dan akhirnya diikuti oleh para ulama dan tokoh intelektual muslim setelahnya.[1]
            Ulama hadis Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua bagian sesuai dengan zaman para Ulama hadis ini hidup, yaitu Ulama hadis klasik dan modern. Adapun  kitab-kitab kajian hadis di Indonesia pada masa klasik antara lain adalah:
1.      Hidayat al-Habib fi al-Targhib wa al-Tarhib
Kitab ini ditulis oleh Nuruddin al-Raniri seorang ulama aceh keturunan Arab Quraisy Hadramaut.  Dalam karyanya ini ia menginterpretasikan hadis-hadis dengan ayat Al-Qur’an untuk mendukung argumen yang melekat pada hadis tersebut. Kitab ini adalah kitab yang membicarakan mengenai hadis untuk pertama kalinya dalam bahasa Melayu. karenanya Karya ini merupakan rintisan dalam bidang hadis di nusantara yang menunjukan pentingnya hadis dalam kehidupan kaum muslimin. [2]
2.      Syarah Hadis Arba’in dan al-Mawa’izh al-Badi’ah
Kedua kitab ini adalah karya Abdul Rauf al-Singkili dalam bidang hadis. Kitab penafsiran mengenai kitab Hadis Arba’in ini ditulis atas permintaan Sultanah Zakiyat al-Din. Isi kitab ini adalah koleksi hadis-hadis menyangkut kewajiban-kewajiban dasar dan praktis kaum muslimin secara umum, bukan pembelajaran yang mendalam. Sedangkan al-Mawa’izh al Badi’ah adalah koleksi hadis qudsi yang dimaksudkan untuk mengemukakan ajaran mengenai Tuhan dan hubungannya dengan ciptaan-Nya, neraka, surga, dan cara-cara mendapatkan ridha Tuhan. Al-Mawa’izh al-Badi’ah diterbitkan di Makkah tahun 1310-1892. Dikemudian hari karya itu diterbitkan juga di Penang pada tahun 1369-1949, yang berarti masih digunakan di sebagian kaum muslim di nusantara.[3]
3.      Manhaju Dzawin Nadzhar
Kitab ini adalah karya kiai Mahfuzh Termas (w. 1919-1920). Nama lengkapnya Muhammad Mahfudz bin Abdullah Al-Tarmasi. Populer disebut Syekh Mahfudz Termas. Dialah ulama Jawa paling berpengaruh pada zamannya. Syaikh Muhammad Mahfudz Termas lahir di Termas, Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Jumadil Ula 1285 H/31 Agustus 1868 M, dan bermukim di Mekah sampai beliau wafat pada 1 Rajab 1338 H/ 20 Mei 1920 M. Mahfudz amat berjasa dalam memperluas cakupan ilmu-ilmu yang dipelajari di pesantren-pesantren di Jawa, termasuk hadis. Kitab ini diselesaikan pada tahun 1329 H/1911 M. Kandungannya membicarakan Ilmu Mushthalah Hadits yang merupakan Syarh Manzhumah `Ilmil Atsar karangan Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Kitab ini merupakan bukti bahwa ulama nusantara mampu menulis ilmu hadis yang demikian tinggi nilainya. Kitab ini menjadi rujukan para ulama di belahan dunia terutama ulama-ulama hadis. Dicetak oleh Mathba’ah Mushthafa al-Baby al-Halaby wa Auladuhu, Mesir, 1352 H/1934 M. Cetakannya dibiayai oleh Syeikh Salim bin Sa’ad bin Nabhan wa Akhihi Ahmad, pemilik Al-Maktabah An-Nabhaniyah Al-Kubra, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.[4]
4.       Hadis Arba’in, al-Risalah al-Jami’ah, al-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin
Kitab-kitab hadis ini adalah karya Kiai Hasyim Asy’ari. seorang Kiai dari Jawa yang kemudian menjadi seorang pendiri Nahdlatul ‘Ulama di tanah air. Salah satu organisasi Muslim terbesar dalam bingkai Ahlussunah waljamaah. Membawa tradisi mengajar hadis Shahih Bukhari di indonesia, sehingga pesantrennya Tebu Ireng di Jombang menjadi pondok hadis terkenal di Jawa.[5]

5.      Tanqih al-Qaul (al-Hadis fi Syarah Lubab al-Hadis)
Adalah karya Imam Nawawi al-Bantani yang membahas empat puluh hadis tentang perilaku utama ini merupakan ulasan terhadap karya Imam Jalaluddin al-Suyuthi.[6]
6.      Arba’una Haditsan min Arba’ina Kitaban ‘an Arba’ina Syaikhan (Al Arba’ina Haditsan)
Karya Muhammad Yasin Al-Fadani, Nama lengkap Beliau adalah Abu al-Faid Muhammad Yasin Bin Isa al-Fadani (1335H/1916 M-1420 H/1990 M) ,dilahirkan di daerah Padang Indonesia dan wafat di Makkah pada hari Kamis malam Jumat. Beliau  ramai dikunjungi oleh penuntut dari dalam dan luar Mekkah, untuk mendengar kuliah hadis yang disampaikan oleh Syeikh Yasin serta memperoleh sanad hadis yang istimewa. Penuntut-penuntut dari Malaysia juga tidak ketinggalan untuk turut bersaing dalam halaqah. [7]
Muhammad Yasin menyusun empat buah kitab Arba’un. Yang  diberi judul al-Arba’una Haditsan Min Arba’ina Kitaban ‘An Arba’ina Syaikhan yang diselesaikanya pada tahun 1363 H. Kedua, al-Arba’una Kitaban Min Kutub al-Hadits, yang merupakan bagian dari kitab al-Wafi Banzil Tidzkar al-Mashafi, yang diselesaikan pada tahun 1364 h. Ketiga dan keempat diberi judul sama yaitu al-Arba’una Haditsan ‘an Arba’ina Syaikhan min Arba’ina Baladan, yang keduanya diselesaikan pada tahun 1364 H. Kitab al-Arba’una Haditsan pertama kali dicetak oleh Mathba’ah Ath-Thahiriyah Jakarta pada tahun 1403/1983 dan mengalami cetak ulang oleh Dar al-Basya’ir al-Islamiyah Beirut Lebanon pada tahun 1407/1987.           Kitab ini ditulis untuk mengamalkan hadis nabi  saw tentang keutamaan orang yang menjaga 40 hadis. Selain itu juga untuk mengikuti para imam dan ulama sebelumnya yang telah menulis kitab Arba’un. Hal ini diungkapkan oleh Syaikh Yasin bahwa orang yang menyerupai suatu kelompok kaum, maka ia akan menjadi bagian dari mereka, maka berserupalah dengan mereka jika tidak bisa seperti mereka, karena berserupa dengan orang-orang yang mulia itu keberuntungan.

Motivasi Syekh Yasin dalam menulis kitab ini adalah keinginannya untuk menegaskan reputasinya di kalangan ulama abad XX sebagai ulama yang mempunyai pengetahuan hadis yang cukup luas, karena penguasaan terhadap empat puluh kitab koleksi hadis bukanlah perkara yang mudah.
Adapun sistematika penulisan dalam kitab ini adalah pemilihan bab tidak berdasarkan pada matan hadis tidak pula pada abjad, melainkan berdasar kepada sanad hadis dan terbagi menjadi 40 bab hadis. Beliau juga mencantumkan takhrij pada hadis-hadis yang ada. Adapun materi hadis tidak dapat ditemukan dengan melihat bab-bab  hadis, melainkan harus dicari satu persatu dari hadis-hadis tersebut. Apalagi kitab ini tidak dilengkapi dengan daftar isi matan hadis, maupun indeks. Oleh karena itu kita tidak akan menjumpai materi atas subjek dari matan hadis pada judul bab, akan tetapi kita harus membaca matan hadis satu persatu.[8]
Adapun kitab-kitab kajian hadis di Indonesia pada masa modern antara lain adalah:
1.      Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma’ani al-Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Local
Buku ini adalah karya Prof. Dr .H.M. Muhammad Syuhudi Ismail. Beliau dilahirkan di Lumajang, Jawa Timur,  pada tanggal 23 April 1943. Syuhudi Ismail adalah seorang ulama dan intelektual yang cukup besar pengaruhnya di Indonesia di bidang Hadis dan Ulumul Hadis. Karya Beliau ini merupakan salah satu pemikirannya tentang metode pemahaman terhadap matan hadis. Menurut beliau bahwa ada matan hadis yang harus dipahami secara tekstual, kontekstual dan ada pula yang harus dipahami secara tekstual dan kontekstual sekaligus. Ini menunjukan bahwa kandungan hadis Nabi itu ada yang bersifat universal, temporal dan local. Adanya pemahaman hadis yang tekstual dan kontekstual menurut M. Syuhudi memungkinkan suatu hadis yang sanadnya sahih atau hasan tidak dapat serta merta matannya dinyatakan daif atau palsu hanya karena teks hadis tersebut tampak bertentangan. Metode yang ditawarkan oleh M. Syuhudi ini cukup berperan dalam mengantisipasi perkembangan zaman dengan memanfaatkan teori berbagai disiplin ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, psikologi, bahasa, dan sejarah.[9]
M. Syuhudi Ismail lebih fokus untuk mendalami hadis secara umum.  Konsentrasi Beliau dalam bidang hadis boleh dikata otodidak, karena pada awalnya beliau hanya memenuhi tugas akademik, baik ulum al-Hadis maupun matan hadis sendiri.
Beberapa karya Beliau adalah Kaedah Keshahihan Sanad Hadits, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Hadis Nabi menurut pembela, pengingkar dan pemalsunya, dan Ikhtisar Mushthalah Hadits.[10]
2.      Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis
Karya Prof. Dr. Tubagus Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy. Beliau lahir di Lhouksemawe, Aceh, pada tanggal 10 maret 1904. Karya Beliau ini berisi 179 pembahasan yang dibagi 6 bagian, menjelaskan tentang banyak sejarah perkembangan hadis dan juga buku ilmu dirayah yang menjelaskan istilah-istilah ulumul hadis. Selain menulis karya dalam bidang hadis, Beliau pun telah mengarang buku dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari tafsir, fiqhi dan ushul.   
Adapun kelebihan karya beliau adalah dalam setiap persoalan yang dibahas, selalu ada contoh-contoh yang cukup jelas sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami pembahasan tersebut.[11]
3.      Ilmu Mushthalah al-Hadis
Buku ini adalah karya Prof.Dr.H. Mahmud Yunus, dilahirkan di Sungayan Batusangkar, Sumatera Barat, pada tanggal 10 februari 1899. Karya Beliau ini merupakan karyanya yang ditulis menggunakan bahasa Arab. Di dalam buku ini, Beliau membuat sistematika pembahasan ulumul hadis dengan 69 pembahasan. Tiga pembahasan pertama menjelaskan pembagian hadis dan kedudukan sunnah dalam Al-Qur’an, pembahasan ke 4-9 tentang sejarah periwayatan dan pembukuan sunnah, pembahasan ke 10 tentang al- jarh wa al- ta’dil, ke 11 tentang sifat hadis yang di terima dan ditolak dan pembahasan ke 15-69 tentang istilah-istilah khusus yang berkaitan dengan penilaian terhadap hadis, baik dari segi kuantitas ataupun kualitas.
Adapun metode yang digunakan dalam menyusun bukunya adalah memberikan penjelasan singkat seputar mushthalah dengan cara meringkas dari berbagai literatur yang terdahulu. Beliau menjelaskan dengan menggunakan pointer sehingga terkesan sistematis. Penjelasannya mencakup definisi dan keterangan seperlunya terhadap permasalahan yang ada.[12]
4.      Ikhtisar Musthalah al-Hadits
Penulis buku ini adalah Fathur Rahman. Beliau adalah alumnus IAIN Yogyakarta Fakultas Syari’ah, Beliau lebih konsentrasi pada hadis saja. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya mendalami ilmu hadis. Dalam bukunya dia membagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing memiliki pembahasan dalam bentuk bab dan sub bab yang memuat penjelasan sederhana, mudah dipahami serta memberikan contoh-contoh yang jelas dan rinciannya.[13]


BAB III
PENUTUP
Ø  Kesimpulan
Beberapa karya ulama hadis Indonesia masa klasik, di antaranya ialah:
Ø  Hidayat al-Habib fi al-Targhib wa al-Tarhib
Ø  Syarah Hadis Arba’in dan al-Mawa’izh al-Badi’ah
Ø  Manhaju Dzawin Nadzhar
Ø  Tanqih al-Qaul (al-Hadis fi Syarah Lubab al-Hadis)uh
Ø  Arba’una Haditsan min Arba’ina Kitaban ‘an Arba’ina Syaikhan (Al Arba’ina Haditsan
Adapun karya ulama hadis pada masa modern, antara lain ialah:
Ø  Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma’ani al-Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Local
Ø  Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis
Ø  Ilmu Mushthalah al-Hadis
Ø  Ikhtisar Musthalah al-Hadits
Beberapa karya di atas menunjukkan bahwa kemampuan ulama Indonesia tidak kalah dibanding dengan kemampuan ulama-ulama dunia yang lain.





[2] Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban islam indonesia, (Jakarta: rajawali pers, 2010) cet. 1, hlm. 298-299
[3] Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban islam indonesia, hlm. 299-300
[4] Diakses pada tgl 28-12-13 di http://www. As-salafiyah.com/2010/08/syekh-muhammad-mahfudz-at-tarmasi.html
                                                                                                                             
[5] Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban islam indonesia, hlm. 300
[6] Samsul Munir Amin, Sayyid Ulama Hijaz, (jogjakarta: printing cemerlang, 2009), cet. 1, hlm, 60
[7] http://warkopmbahlalar.com/2973/syekh-yasin-isa-al-fadani-ulama-ensiklopedia/
[8] stainpress-11111-mochamadsy-382-2-babi-pdf
[10] Diakses pada tanggal 24-01-13 di http://ushuluddin-farida.blogspot.com/2011/11/ pemikiran-ulumul-hadits-di indonesia.html
[11] Diakses pada tanggal 24-01-13 di http://ushuluddin-farida.blogspot.com/2011/11/ pemikiran-ulumul-hadits-di indonesia.html
[12] Diakses pada tanggal 24-01-13 di http://ushuluddin-farida.blogspot.com/2011/11/ pemikiran-ulumul-hadits-di indonesia.html
[13] Diakses pada tanggal 24-01-13 di http://ushuluddin-farida.blogspot.com/2011/11/ pemikiran-ulumul-hadits-di indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

72 PENYIHIR PUN BERSUJUD

  Akhir tahun yang penuh akan sejarah, selain saya terus membaca perjalanan hidup Nabi Saw. yang ditulis oleh beragam penulis dengan latar b...