Dilan, siapa sekarang
masyarakat Indonesia yang tidak kenal Dilan. Namanya melejit setelah Novel
Dilan 1990 di film-kan dan tayang di bioskop akhir januari 2018 kemarin,
antusias masyarakat Indonesia juga sangat luar biasa, bukan saja dari para
remaja, tapi anak-anak, ABG, dewasa, tante-tante ibu-ibu, atau juga nenek-nenek dan begitupun dengan
para kaum Adam dari semua kalangan. Termasuk saya tentunya, harus saya akui
saya tidak sama sekali tertarik dengan novel Dilan yang terpajang kaku di
Gramedia, belum lagi Covernya SMA, ahhh bukan selevel saya lagi, karena saya
bukan lagi SMA. bahkan ketika akan di filmkan juga ya biasa saja, siapa Dilan
ya aku ra kenal. Saya yakin 100 % orang-orang dari berbagai kalangan yang
menjadi Dilanisme, tentu tidak semua tahu dan pernah membaca novelnya, bahkan
pemain Milea yang diperankan Vanessha sendiri belum pernah tahu siapa Dilan. Setelah
Dilan naik layar, di berbagai macam dunia (indonesia) semua serba kata-kata
dari Dilan, “jangan rindu, berat”. Dan banyak lagi. saya penasaran,
tentu. Akhirnya saya ikut-ikutan juga nonton dan jreng-jreng, jatuh bangun aku
mengejarmu. istilahnya saya itu kaya kena karma, yang tadinya tidak mau peduli, sekarang malah pengen tau banget dan peduli banget. saking pedulinya, saya sampe ngefans banget sama Iqbal yang memerankan karakter Dilan. ah saya sudah tuwir begini...
Karakter Dilan itu sederhana tapi istimewa, dia mampu merubah hal-hal biasa menjadi luar biasa. penulisnya amat berjasa besar terhadap karakter Dilan yang mempesona dan membuat semua masyarkat Indonesia jatuh cinta. Setelah nonton Dilan 1990, saya tentunya penasaran tingkat akut. Langsunglah saya lahap novel ke-dua dan ke-tiganya dan alhasil baper dan mewek. Novel Pidi Baiq ini novel ke-tiga yang membuat saya menangis, setelah sebelumnya ada novel dari Tere Liye dan Tasaro GK yang merupakan penulis favorit saya.
Karakter Dilan itu sederhana tapi istimewa, dia mampu merubah hal-hal biasa menjadi luar biasa. penulisnya amat berjasa besar terhadap karakter Dilan yang mempesona dan membuat semua masyarkat Indonesia jatuh cinta. Setelah nonton Dilan 1990, saya tentunya penasaran tingkat akut. Langsunglah saya lahap novel ke-dua dan ke-tiganya dan alhasil baper dan mewek. Novel Pidi Baiq ini novel ke-tiga yang membuat saya menangis, setelah sebelumnya ada novel dari Tere Liye dan Tasaro GK yang merupakan penulis favorit saya.
Novel Dilan ini bukan hanya bercerita tentang anak remaja
SMA yang sedang di mabuk asmara saja. Kite tentunya sebagai penikmat dan
pengamat, akan paham bagaimana banyak pelajaran yang diambil dari kisah dalam
novel tersebut. Dari Karakter Dilan kita belajar bahwa segala sesuatu itu tidak
bisa hanya melihat dari covernya saja, karena hati manusia tidak ada yang tahu,
bahkan manusianya itu sendiri belum juga paham apa yang ada di dalam hatinya. Pasti
sebagian Guru atau mungkin rata-rata guru sangat geram dengan karakter Dilan di
sekolahnya, tapi itu menjadi pelajaran juga buat para guru, bagaimana menyikapi
karakter Dilan dengan baik.
Selain itu ada Bunda Dilan, karakter yang benar-benar
membuat kagum dalam novel ini yah si bundanya Dilan itu, kalian yang sudah
membaca novelnya sampai seri ke-3 pasti paham. Menurut saya karakter bunda
Dilan adalah karakter ibu yang sangat luar biasa. bunda mendukung apapun yang dilakukan anaknya
selagi itu tidak keluar batas yang berlebihan. bahkan gaya bunda ketika Bunda
menasihati Dilan tidak menggunakan kata-kata yang menghakimi tapi mengayomi. Dengan
masalah-masalah yang menghadapi Dilan, bunda masih dengan senangnya mengatakan
bahwa sebenarnya Bunda bangga dengan Dilan. Menurut saya Dilan memang bukan
anak nakal yang tidak tau aturan, Dilan tau mana yang baik dan tidak baik untuk
dilakukan. Sikap nakal pada masa-masa itu memang hal wajar, tinggal bagaimana
kita menyikapinya dengan sesuatu atau cara yang lebih baik, seperti Bunda Dilan
dan ibu Rini. Dilan mempunyai karakter yang sangat menghormati orang tuanya,
dia bahkan menjadi seorang anak remaja yang cerdas, terlepas dari karakter
Dilan yang selalu menyelesaikan masalahnya dengan adu fisik.
Saya berterima
kasih atas film Dilan 1990, karena setelah sekian lama akhirnya saya menjadi
penggemar fanatik film Indonesia. Kemana-mana Dilan, obrolan tiap
hari tentang Dilan dan Dilan oh Dilan kenapa tidak bisa bersatu dengan Milea,
hanya karna Prasangka yang salah, masalahnya sepele memang, tapi itulah
kenyataannya yang terjadi saat era akhir abad 20, tekhnologi belum secanggih
sekarang. Kalau boleh saya menebak di sini, ayah Pidi Baiq itu adalah sang
panglima tempur. Tapi semua orang punya persepsi masing-masing, silahkan. Entah
benar atau tidaknya, hanya Tuhan, Pidi Baiq dan orang-orang yang terlibat yang
maha tahu. Sekian dan terimakasih.
*jika Milea mengenal
Dilan pada tahun 1990, saya mengenal Dilan Tahun 2018 (Novel Dilan maksudnya). Saya
suka Ayah Pidi Baiq dan saya suka Dilan*
Nb: kenapa saya menggunakan Judul Om Dilan, karena di saat tahun 1990 Dilan sudah berusia 17 tahun, sedangkan saya baru lahir 4 tahun kemudian. kalau memang ada di dunia nyata karakter Dilan itu, pastinya dia sudah bapak-bapak seperti Ayah Pidi Baiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar