Kamis, 29 Maret 2018

Dua Trucks dari Ayah


Ayah adalah sosok laki-laki yang akan melakukan apa saja untuk anaknya, tanpa perlu diketahui anak-anaknya ia akan berjuang sendiri dibalik kerasnya dan beratnya kehidupan.
Hari yang cerah, di bawah langit yang biru bertabur awan putih. saya dan adik laki-laki saya sedang bermain di halaman rumah, bermain serbuk-serbuk kayu yang baru saja di giling. Untuk anak seusia kami  tentu bermain serbuk kayu itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan dan membahagiakan, itulah yang selalu membuat saya iri dengan anak kecil, dimanapun dan kapanpun dia selalu bahagia dengan dunianya, senyum mereka tulus dan ikhlas, sesuai sekali dengan apa yang telah dikatakan Buya Hamka “Ikhlas dan Sejati akan bertemu dalam senyuman anak kecil”.
 Saya tidak bisa mengingat jelas kala itu tahun berapa dan saya berumur berapa, yang saya ingat hanya saat itu adalah waktu pagi hari menjelang siang dan kemungkinan saya memang belum masuk sekolah.
Saya dan adik saya semakin asyik dengan dunia serbuk kayu tersebut, hingga beberapa waktu kemudian, sosok laki-laki yang gagah, menggunakan celana bahan warna hitam, baju batik dan peci hitam yang selalu berada di kepalanya menghampiri kami berdua. Laki-laki itu baru saja pulang, entah beliau dari mana. ia membawa dua mobil-mobilan Truck yang masih dibungkus pelastik, menghampiri kami berdua yang sedang bermain. saya ingat wajah beliau yang lelah, dan menyodorkan mainan tersebut pada saya dan adik saya. Sontak kami berdua  senang bukan main dan langsung  membuka bungkusan pelastik mobil-mobil-an tersebut, mengisinya dengan serbuk-serbuk kayu tadi.
Moment yang ini saya hanya mengingatnya sebatas itu, saya tidak ingat setelah itu apa yang Ayah lakukan. Tapi moment ini selalu membuat saya menangis kala saya mengingatnya, karena yang menempel dalam ingatan saya sampai saat ini adalah wajah Ayah yang terlihat lelah ketika menyodorkan dua mainan mobil-mobilan tadi. Semoga Ayah yang sekarang di sisi Allah, ditemani dengan berjuta rahmatnya, aamiin

*Ayah rindu itu datang lagi, malam ini. dengan hembusan angin yang begitu lembut di tengah purnama yang bersinar terang*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

72 PENYIHIR PUN BERSUJUD

  Akhir tahun yang penuh akan sejarah, selain saya terus membaca perjalanan hidup Nabi Saw. yang ditulis oleh beragam penulis dengan latar b...