Ada salah satu buku
yang menurut saya wajib sekali dibaca oleh semua para pendidik, baik pendidik
umat maupun pendidik untuk keluarga di dalam rumahnya. Buku itu berjudul asli ar-Rasul
al-Mu’alim wa Asalibuhu fi at-Ta’lim dengan judul Bahasa Indonesia Muhammad
sang Guru karya Abdul Fattah Abu Ghuddah, salah seorang tokoh Pendidikan
Islam dan Guru Besar Ilmu Hadis dari Aleppo, Suriah.
Pada mulanya saya pikir
buku ini akan menjadi buku yang menjenuhkan untuk dibaca, tapi ternyata tidak. Meskipun
dipenuhi dengan banyak dalil-dali hadis maupun Al-Qur’an, Susunan tulisan yang
disodorkan penulis justru memudahkan pembacanya menangkap inti dari apa yang
ingin disampaikan. Penulis benar-benar mengambil intisari dari al-Qur’an dan
hadis terkait metode Pendidikan ala nabi saw dengan diksi yang sangat mudah
untuk dibaca dan dipahami.
Beberapa kutipan dalam
buku akan saya tuliskan di sini, sebagai referensi untuk teman-teman agar
semakin tertarik untuk memiliki dan membaca buku ini, sehingga kemudian
berdampak dalam melaksanakan proses belajar mengajar kepada peserta didik.
Penulis buku
mencantumkan pendapat Thomas Carlyle yang merupakan penulis satir dari
Skotlandia, yang memberikan opini terkait bangsa Arab: “mereka adalah bangsa
yang melakukan perjalanan di padang pasir, bangsa yang luput dari perhatian selama
berabad-abad. Ketika seorang Nabi dari bangsa Arab datang kepada mereka, mereka
menjadi pusat perhatian dalam berbagai bidang ilmu dan pengetahuan, jumlah
mereka bertambah banyak dan menjadi bangsa yang mulia. Tidak sampai satu abad,
seluruh penjuru dunia tercerahkan oleh kepandaian dan ilmu mereka.” (hlm 7)
Ada salah satu hadis Mauquf
riwayat Imam Tirmidzi yang dicantumkan penulisnya dalam buku ini, hadis tersebut
menggambarkan bagaiamana mulia dan indahnya karakter mengajar baginda Nabi saw:
“Rasulullah adalah
orang yang senantiasa bersedih, selalu berpikir, tidak mengenal Lelah, pendiam
(tanang), hanya berbicara ketika diperlukan, memulai dan menutup pembicaraan
dengan menyebut nama Allah, berbicara dengan Jawami’ul Kamlim (kalimat
yang singkat, tapi penuh makna), perkataannya rinci, tidak terlalu Panjang dan
tidak terlalu pendek. Beliau bukan orang yang berperangai kasar dan hina,
selalu menghargai nikmat sekecil apapun nikmat itu dan tidak mencelanya
sedikitpun. Beliau juga tidak suka mencela makanan dan minuman, tidak pula
memujinya.” (hlm29)
“Rasulullah adalah
orang yang selalu menampakkan wajah riang dan ceria, memiliki akhlak dan tabiat
lembut, tidak berkata kasar, bukan orang yang keras, tidak suka berteriak,
tidak pernah berkata dan berbuat kotor, tidak pernah mencela, tidak pernah
memuji berlebihan, mudah melupakan hal-hal yang tidak ia sukai, tidak memupus
harapan orang yang berharap kepadanya, tidak pula mengecewakannya. Rasulullahb saw
juga selalu berusaha menjauhkan diri dari tiga hal: 1, perselisihan
(perdebatan). 2, berlebih-lebihan. 3, segala hal yang tidak bermanfaat baginya.
Beliau juga menjauhkan manusia dari tiga hal : 1, mencela atau menghina orang
lain. 2, membuka aib orang lain. 3, berbicara dengan orang lain tanpa ada
pahala (manfaat) di dalamnya.” (hlm 35)
Terdapat 40 metode
pengajaran ala Rasulullah saw yang dikemas apik dalam buku ini dan sudah
seharusnya menjadi buku pegangan bagi para pendidik agar bisa menciptakan
proses belajar mengajar yang didasarkan pada karakter masing-masing peserta
didik.
Metode pengajaran
Rasulullah yang paling penting, utama dan paling menonjol adalah menjadikan
dirinya teladan dengan mencontohkan akhlak mulia. Jika Rasul menyuruh melakukan
sesuatu, beliau orang pertama yang akan melakukannya sehingga para sahabat bisa
mengikutinya dan mengamalkan sebagaimana yang mereka lihat langsung. Tak diragukan
lagi metode mengajar deengan Tindakan dan praktik langsung lebih kuat
pengaruhnya, lebih membekas dalam jiwa, lebih memudahkan pemahaman dan ingatan,
serta lebih menarik perhatian untuk diikuti dan dicontoh dibandingkan sebatas
penjelasan yang diucapkan. (hlm 81-82)
Ibnu Hajar dalam kitab Fath
al-Bari menyatakan : “mengajarkan ilmu juga harus dilakukan secara
bertahap. Sebab jika awal mempelajari sesuatu itu sudah mudah, orang yang akan
menekuninya pasti semangat dan mampu mempelajarinya dengan cara sederhana. Sebagian
cirinya adalah biasanya mereka akan minta tambahan Pelajaran. Namun akan
menjadi sebaliknya jika awal mempelajari sesuatu sudah terlihat sulit.
“jika Rasulullah saw
mengutus salah seorang sahabatnya dalam suatu urusan, beliau berwasiat, ‘berilah
kabar gembira (kapada manusia), jangan buat mereka menjauh. Permudahlah (urusan)
mereka, jangan dipersulit.” (HR Muslim)
Abdullah bin Umar: “jika
sudah masuk waktu sore, jangan kau tunggu datangnya pagi. Jika sudah pagi,
jangan kau tunggu sore. Carilah bekal pada masa sehatmu untuk masa sakitmu,
pada saat kau hidup untuk kematianmu nanti. Sebab nanti, wahai hamba Allah, kau
takkan pernah tahu siapa namamu kelak.” (hlm 293)
Semoga bermanfaat …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar