Sabtu, 02 Desember 2023

Muhammad sang Guru

 

Ada salah satu buku yang menurut saya wajib sekali dibaca oleh semua para pendidik, baik pendidik umat maupun pendidik untuk keluarga di dalam rumahnya. Buku itu berjudul asli ar-Rasul al-Mu’alim wa Asalibuhu fi at-Ta’lim dengan judul Bahasa Indonesia Muhammad sang Guru karya Abdul Fattah Abu Ghuddah, salah seorang tokoh Pendidikan Islam dan Guru Besar Ilmu Hadis dari Aleppo, Suriah.

Pada mulanya saya pikir buku ini akan menjadi buku yang menjenuhkan untuk dibaca, tapi ternyata tidak. Meskipun dipenuhi dengan banyak dalil-dali hadis maupun Al-Qur’an, Susunan tulisan yang disodorkan penulis justru memudahkan pembacanya menangkap inti dari apa yang ingin disampaikan. Penulis benar-benar mengambil intisari dari al-Qur’an dan hadis terkait metode Pendidikan ala nabi saw dengan diksi yang sangat mudah untuk dibaca dan dipahami.

Beberapa kutipan dalam buku akan saya tuliskan di sini, sebagai referensi untuk teman-teman agar semakin tertarik untuk memiliki dan membaca buku ini, sehingga kemudian berdampak dalam melaksanakan proses belajar mengajar kepada peserta didik.

Penulis buku mencantumkan pendapat Thomas Carlyle yang merupakan penulis satir dari Skotlandia, yang memberikan opini terkait bangsa Arab: “mereka adalah bangsa yang melakukan perjalanan di padang pasir, bangsa yang luput dari perhatian selama berabad-abad. Ketika seorang Nabi dari bangsa Arab datang kepada mereka, mereka menjadi pusat perhatian dalam berbagai bidang ilmu dan pengetahuan, jumlah mereka bertambah banyak dan menjadi bangsa yang mulia. Tidak sampai satu abad, seluruh penjuru dunia tercerahkan oleh kepandaian dan ilmu mereka.” (hlm 7)

Ada salah satu hadis Mauquf riwayat Imam Tirmidzi yang dicantumkan penulisnya dalam buku ini, hadis tersebut menggambarkan bagaiamana mulia dan indahnya karakter mengajar baginda Nabi saw:

“Rasulullah adalah orang yang senantiasa bersedih, selalu berpikir, tidak mengenal Lelah, pendiam (tanang), hanya berbicara ketika diperlukan, memulai dan menutup pembicaraan dengan menyebut nama Allah, berbicara dengan Jawami’ul Kamlim (kalimat yang singkat, tapi penuh makna), perkataannya rinci, tidak terlalu Panjang dan tidak terlalu pendek. Beliau bukan orang yang berperangai kasar dan hina, selalu menghargai nikmat sekecil apapun nikmat itu dan tidak mencelanya sedikitpun. Beliau juga tidak suka mencela makanan dan minuman, tidak pula memujinya.” (hlm29)

“Rasulullah adalah orang yang selalu menampakkan wajah riang dan ceria, memiliki akhlak dan tabiat lembut, tidak berkata kasar, bukan orang yang keras, tidak suka berteriak, tidak pernah berkata dan berbuat kotor, tidak pernah mencela, tidak pernah memuji berlebihan, mudah melupakan hal-hal yang tidak ia sukai, tidak memupus harapan orang yang berharap kepadanya, tidak pula mengecewakannya. Rasulullahb saw juga selalu berusaha menjauhkan diri dari tiga hal: 1, perselisihan (perdebatan). 2, berlebih-lebihan. 3, segala hal yang tidak bermanfaat baginya. Beliau juga menjauhkan manusia dari tiga hal : 1, mencela atau menghina orang lain. 2, membuka aib orang lain. 3, berbicara dengan orang lain tanpa ada pahala (manfaat) di dalamnya.” (hlm 35)

Terdapat 40 metode pengajaran ala Rasulullah saw yang dikemas apik dalam buku ini dan sudah seharusnya menjadi buku pegangan bagi para pendidik agar bisa menciptakan proses belajar mengajar yang didasarkan pada karakter masing-masing peserta didik.

Metode pengajaran Rasulullah yang paling penting, utama dan paling menonjol adalah menjadikan dirinya teladan dengan mencontohkan akhlak mulia. Jika Rasul menyuruh melakukan sesuatu, beliau orang pertama yang akan melakukannya sehingga para sahabat bisa mengikutinya dan mengamalkan sebagaimana yang mereka lihat langsung. Tak diragukan lagi metode mengajar deengan Tindakan dan praktik langsung lebih kuat pengaruhnya, lebih membekas dalam jiwa, lebih memudahkan pemahaman dan ingatan, serta lebih menarik perhatian untuk diikuti dan dicontoh dibandingkan sebatas penjelasan yang diucapkan. (hlm 81-82)

Ibnu Hajar dalam kitab Fath al-Bari menyatakan : “mengajarkan ilmu juga harus dilakukan secara bertahap. Sebab jika awal mempelajari sesuatu itu sudah mudah, orang yang akan menekuninya pasti semangat dan mampu mempelajarinya dengan cara sederhana. Sebagian cirinya adalah biasanya mereka akan minta tambahan Pelajaran. Namun akan menjadi sebaliknya jika awal mempelajari sesuatu sudah terlihat sulit.

jika Rasulullah saw mengutus salah seorang sahabatnya dalam suatu urusan, beliau berwasiat, ‘berilah kabar gembira (kapada manusia), jangan buat mereka menjauh. Permudahlah (urusan) mereka, jangan dipersulit.” (HR Muslim)

Abdullah bin Umar: “jika sudah masuk waktu sore, jangan kau tunggu datangnya pagi. Jika sudah pagi, jangan kau tunggu sore. Carilah bekal pada masa sehatmu untuk masa sakitmu, pada saat kau hidup untuk kematianmu nanti. Sebab nanti, wahai hamba Allah, kau takkan pernah tahu siapa namamu kelak.” (hlm 293)

Semoga bermanfaat …


 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

72 PENYIHIR PUN BERSUJUD

  Akhir tahun yang penuh akan sejarah, selain saya terus membaca perjalanan hidup Nabi Saw. yang ditulis oleh beragam penulis dengan latar b...